Semak Daun Island (My First Backpacking For Traveling)

Mengingat-ngingat perjalanan yang dilakukan 6 bulan yang lalu, memaksa seakan otak ini bernostalgia lagi dengan euphoria liburan yang memang sekarang sudah waktunya pula mendekati liburan akhir tahun. Semak Daun adalah salah satu pulau yang terletak di kawasan Kepulauan Seribu. Berawal dari keisengan awal membuka website trip www.backpackerindonesia.com dan kejenuhan yang luar biasa melanda saat proses mengerjakan tugas akhir. Ketika melihat sosok yang bernama Bang Jarot membuka trip pantai dengan harga yang murah dikisaran 180rb, tak habis pikir 2x saya langsung menghubungi untuk ikut trip tersebut.

Berangkat dari Bandung pada 1 Juni 2012 dengan mampir di rumah om untuk menginap semalam di kawasan Cikeas, Bogor. Untuk kemudian keesokan harinya berangkat menuju Pelabuhan di Muara Angke. Hari Sabtu 2 Juni 2012 sekitar pukul 11 saat akan menuju Muara Angke, ponsel saya berdering dan ternyata dari Bang Jarot, beliau bilang bahwa saya tak perlu ke Muara Angke, kebetulan posisinya dari arah Cileungsi dan melewati kawasan alternatif Cibubur, kemudian ditawari lah saya tebengan yang kebetulan Bang Jarot bawa mobil. Menunggu sekitar hampir 2 jam di McD Plasa Cibubur kemudian Bang Jarot datang, parampamm.. setelah berkenalan langsung lah kita meluncur menuju Muara Angke dengan melalui Tol Dalam Kota Jakarta yang kebetulan muacettt parah meskipun itu hari libur. Pada mulanya kita akan menyebrang dari Muara Angke ke Kepulauan Seribu jam 3 sore, ini malah molor menjadi jam 5 sore. Setelah kenalan dan bertegur sapa dengan peserta lainnya kemudian tak lama pun kami berangkat. Peserta trip ini sebanyak 27 orang yang terdiri atas 9 wanita, dan 18 orang pria. (FYI awalnya ini trip pribadi Bang Jarot dengan teman-teman kantornya, karena kekurangan orang untuk sewa kapal malah open trip..ehhh..tahunya membludak pesertanya).

Menggunakan kapal nelayan dari Muara Angke untuk menyebrang ke Pulau Semak Daun

My travel mate dari sebelah kiri ke kanan (Tata Cubby, Mas Sule, saya sendiri, Ka Dora, Magda)

Sun Set saat malam menjelang
Awalnya perjalanan berjalan lancar sampai pukul 8 malam, tapi kemudian masalah muncul dikapal yang saya tumpangi, kebetulan berukuran lebih besar dan ditempati sebagian besar wanita, dan mengangkut logistik. Ternyata kipasnya ada yang rusak, atau mesinnya yang mati. Sehingga kapal kami yang ukurannya besar, terpaksa ditarik oleh kapal yang ukurannya lebih kecil. Dalam hati saya deg-degan luar biasa karena kita tidak memakai life jacket, dan kondisi makin beranjak malam pula. Kondisi seperti itu berlangsung selama 4 jam terombang ambing dilautan dengan kapal yang ditarik. Sampai akhirnya kami berlabuh di Pulau Pramuka pada pukul 00.30 dini hari tanggal 3 Juni 2012. Setelah ke toilet, akhirnya kami berganti kapal dan bersiap menuju Pulau Semak Daun dari Pulau Pramuka. Bertolak dari Pulau Pramuka sekitar pukul 01.00 pagi dini hari dan sampai di Pulau Semak Daun sekitar pukul 01.30. Di dermaga banyak orang-orang yang tidur dan hanya mengenakan kain pantai sebab kondisi sangat panas. Kami kemudian langsung masak-masak dan mendirikan tenda, karena kondisi perut sudah sangat lapar ditambah mabok laut.
Menu makan malam yang telat

Pesta Sea Food
Dikarenakan saya vegetarian dan gak mungkin makan ikan, maka saya masak sendiri orak-arik telor sama Bang Ramdan serta dibuatkan tahu goreng sama Bunda Clara yang merupakan chef kita saat itu. Saya panggil Bunda Clara karena beliau yang masakin dan ngasih kita makan..hehehe.. Setelah kenyang akhirnya kami langsung terlelap begitu saja masuk kedalam tenda. Pagi sekitar pukul 04.00 saya sudah bangun dan bersiap menikmati sun rise ditepian dermaga bersama Magda dan Bang Ramdhan. Pasir di Pulau Semak Daun sangat halus, dan betah rasanya bermain-main disana lama-lama beserta dengan gulungan ombak yang tenang. Di Pulau Semak Daun hanya dihuni oleh sebuah keluarga, dan hanya berdiri satu rumah plus pemiliknya membuka warung kecil.
Menunggu matahari terbit

Matahari terbit dibagian belakang Pulau Semak Daun

Dermaga Pulau Semak Daun

Siluet diantara waktu

Pemandangan Pulau Semak Daun
Setelah puas hunting foto saat sun rise dan badan merasa sedikit agak gatal dan lengket, saya memutuskan untuk segera mandi. Disini terdapat 3 wc umum yang kalau mau mandi dengan air tawar kita harus membelinya sebesar Rp.5.000/jerigen. Betapa air tawar itu suatu barang mahal di lautan. Saya berfikir terkadang saat dikota kita malah membuang-buang air tawar dengan seenaknya, sedangkan disini kita harus membelinya dengan harga yang lumayan mahal. Laut terdiri dari banyak air, tapi tetap saja kurang layak untuk dikonsumsi langsung. Rasanya saya belajar untuk lebih berhemat air, dan sangat-sangat bersyukur dapat tinggal di wilayah yang segala fasilitas untuk menunjang kehidupan tersedia dengan mudahnya.

Selesai mandi dan berganti pakaian, melihat teman-teman yang lain memasak untuk sarapan saya ikut-ikutan sok masak. Padahal sih saya ga jago masak, cuma bantu goreng-goreng. Wongg..dikostan biasa beli makanannya..hehehe.. Tapi saya membantu masak-masak tidak lama, karena kembali tergoda untuk bermain-main di air dan bernarsis-narsis ria. Akhirnya saya meninggalkan peralatan masak dan segera mengambil kamera saya. Maafkan saya ya Bunda Clara gak bantuin masak-masak lama :).
Suasana masak untuk makan pagi. Mbak Ayu sama Tata Cubby paling giat motong-motong deh :)

Ini dia chef kita Bunda Clara. Gak ada Bunda, kita ga bisa makan

Cewe-cewe yang narsis ditengah kegiatan masak memasak
Kawasan camp di Pulau Semak Daun
Sebelum makan pagi saya asyik main-main di air dengan Ka Vecky dan berenang. Ada kejadian yang sangat membuat saya geli sampai detik ini. Saya yang agak takut berenang di air dengan kedalaman di atas 2 meter, malah sok-sok berani loncat dari atas kapal ke laut yang kedalamannya sekitar 3 meter.  Sebab pemandangannya sangat bagus dan begitu jernih jadi terlihatnya dangkal. Walhasil karena gugup saya ditarik ke atas kapal oleh Ka Ramdhan dan salah satu anak buah kapal. Ndak lagi-lagi deh kayak gitu. Akhirnya makanan pun siap dan kita makan pagi bersama. Setelah prosesi makan pagi selesai, tenda dirubuhkan kita bersiap untuk snorkeling. Yuhu..ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu, direncanakan hari ini kita akan snorkeling di 3 tempat yakni Pulau Semak Daun, Pulau Air, Pulau Pari. Setelah semua logistik, dan barang-barang diangkut ke kapal, dan masing-masing peserta trip kebagian alat snorkelingnya dan menaiki kapal, mendadak terdapat masalah pada kamera saya yaitu ga mau dizoom. Hikss..rasanya pengen nangis, padahal momen snorkeling ini lah yang saya tunggu-tunggu. Walhasil saya dengan mood yang agak sedikit berantakan selama perjalanan menuju tempat snorkeling.
Pemandangan dari Pantai ke arah Dermaga Pulau Semak Daun

Bagian belakang Pulau Semak Daun

The Ladies
Hopping Island for Snorkeling Time
Snorkeling Time

Pulau Air
Spot snorkeling pertama itu di Pulau Semak Daun spot yang lumayan bagus dengan terumbu karang yang berwarna-warni dan banyak ikan nemo berenang kesana-kemari. Sayangnya kamera saya rusak dan bukan kamera under water, jadi tak bisa mengabadikan momen tersebut. Setelah puas snorkeling sekitar 45 menit, kami langsung bertolak ke spot snorkeling ke-2 yakni Pulau Air. Pulau Air adalah pulau milik pribadi, dan tidak sembarangan kapal bisa bersandar di dermaganya. Menurut cerita Bunda Clara, Pulau Air ini dipaksa dikeruk dibagi 2 oleh pemiliknya supaya aliran air laut bisa masuk. Disini ada semacam resort pribadi. Saat kami snorkeling pun ada wisatawan yang bersama trainer mungkin mengendarai speed boat. Saya sendiri lebih suka snorkeling di Pulau Air, sebab lebih bening dibandingkan di Pulau Semak Daun sendiri. Coral atau bebatuan karangnya pun lebih bervariasi. Setelah puas snorkeling di pulau air dan memasuki jam makan siang, sang TS  yakni Bang Jarot memutuskan untuk tidak melanjutkan snorkeling ke Pulau Pari, karena dikhawatirkan nanti pulangnya terlalu malam, ditambah ombak yang agak pasang karena Bulan Purnama. Akhirnya kami bertolak menuju Pulau Pramuka untuk membersihkan diri dan makan siang, serta transfer foto. Liburan yang singkat tapi menyenangkan, bertemu kawan baru, membuat cerita baru.
Semak Daun Travel Mate

Untuk trip ke Pulau Semak Daun ini thanks to :
  1. My God Almighty karena atas mukzizatnya walau kapal sempat mati dan ombak pasang tinggi saat perjalanan pulang, kami semua dapat selamat sampai di rumah lagi.
  2. Bang Jarot, sebagai TS yang baik, dan akhirnya jadi travel mate saya sampai sekarang. Kemana-mana saya ngintil Bang Jarot..hehehe.. Maafin ya papih..
  3. Teman-teman ngetrip, thanks for making such a lovely friendship. Terutama buat Magda, Tata Cubby, Bunda Clara, Andi Odonk, dan Mas Sule yang sampai sekarang kadang masih suka ngetrip bareng juga :) *peace*
Saran :
  1. Buat yang mau ngetrip ke Pulau Semak Daun pastikan ombak ga lagi pasang ya, dan arus laut tenang. Dan yang paling penting pastikan mesin kapal berjalan dengan baik ya..hehehe..
  2. Minta life jacket sama yang punya kapal untuk keselamatan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
  3. Disarankan membuat trip rombongan kecil sekitar 10-12 orang, supaya bisa nikmatin momennya.
  4. Kunjungan terbaik saya kira antara Bulan April-September.
  5. Hati-hati berenang di dermaga Pulau Semak Daun banyak bulu babinya.
  6. Biar puas eksplore sebaiknya trip 2 hari semalem kalo cuma stay di Pulau Semak Daun aja, biar bisa leyeh-leyeh selow :D
Sumber dokumentasi :
  • Koleksi pribadi
  • Bang Jarot (Saat snorkeling time dan hopping Island)

Comments

  1. ahiwww ada foto ane disitu..ahiw ahiw..keep blogging tata..semangattt

    ReplyDelete
  2. asiknya ya, keren

    cek http://enter07.blogspot.com/

    salam kenal,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)