Cikuray Mount 2821 above the sea level

"Ada apa dengan Cikuray kok mbak ini open trip kesana melulu?" celetukkan dari salah seorang pengunjung di thread backpackerindonesia.com saat saya open trip Pendakian Cikuray jilid II.Gunung Cikuray saya pun baru mendengar namanya ketika akrab bergaul dengan teman-teman pendaki, yang katanya salah satu tanjakan asoy di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai pendakian lewat jalur Lingarjati. Kata orang sih Gunung Cikuray itu terkenal dengan sebutan "Tanjakan tiada ampun", "Jalur dengkul ketemu jidat". 

"Why do I open trip Cikuray Mount for the second time?". Karena waktu pertama open trip Cikuray jilid I yang diikuti 24 orang teman-teman pendaki saya gak bisa ikut nanjak, sebab hari Seninnya itu seminar tugas akhir. And finally karena masih penasaran sama Cikuray dan dari celetukan sama Bang Irwadi sang kuncen Gunung Cikuray, akhirnya saya open trip lagi.

Finally the day is coming hari Jumat apada tanggal 14 Desember 2012 bersama 10 orang pendaki dengan 2 orang berasal dari Bandung (saya, dan Hari Janu), dan 8 orang dari JABODETABEK (Bang Irwadi, Kaca, Doris, Bismi, Mbak Endang, Mbak Wida, Abe, dan Jamal) memutuskan untuk meeting poin di mesjid belakang Terminal Guntur - Garut. Saya sendiri meluncur sekitar pukul jam 9 malam bersama Janu dari Cicaheum menuju Garut dengan menggunakan angkot Caheum-Cileunyi kemudian turun sebelum pintu masuk tol Cileunyi dengan ongkos Rp.5.000 serta lanjut menggunakan Bus Primajasa dengan ongkos Rp.12.000 sampai sekitar jam 11 malam di Terminal Guntur, sedangkan tim JABODETABEK baru berangkat dari Terminal Kampung Rambutan jam 23.30 malam.

Dan akhirnya pada 15 Desember 2012 tim Bandung dan tim JABODETABEK bertemu di Terminal Guntur pada jam 3.30 pagi. Setelah selesai solat, belanja logistik, dan sedikit briefing akhirya pada jam 6 pagi kami menuju Pos Pemancar yang merupakan pos pendakian pertama menuju Gunung Cikuray. Perjalanan memakan waktu sekitar 2,5 jam, karena kami tidak melewati jalanan yang sama seperti saat mengantarkan teman-teman pendaki di Pendakian Cikuray Jilid I yang awalnya melewati perkebunan Dayeuhmanggung, kali ini melewati pos satpam yang entah apa namanya saya lupa. Disana saya sebagai TS harus memeberikan jaminan KTM saya sebagai bukti selamat pada saat nanti turun gunung dan di pos satpam kita dikenai retribusi sebesar Rp.3.000/orang, dan mendata siapa-siapa saja yang ikut dalam pendakian. Setelah urusan ini-itu selesai akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan pick-upnya kang Dede dan disuguhi pemandangan yang sangat cantik dan eksotis dari Garut.
Pemandangan luas ke Kota Garut
Pemandangan Gunung Cikuray dari kebun teh

Akhirnya sekitar pukul 8.30 pagi kami sampai di Pemancar. Pemancar adalah suatu tempat yang berada diatas ketinggian kurang lebih 1400 mdpl di Garut untuk menyiarkan gelombang televisi seperti RCTI, Metro TV, TVRI, dan berbagai stasiun televisi lainnya. Pemancar merupakan awal titik pendakian kami, disini lagi-lagi saya sebagai TS harus mendaftarkan diri beserta anggota team yang akan naik Gunung Cikuray dan membayarkan uang retribusi sebesar Rp.2.000/orang (sebenarnya seikhlasnya). FYI di Pemancar kita bisa minta stock air, dan sebaiknya siapkan jerigen kosong, baiknya setiap orang membawa air 4,5 liter, sebab di Cikuray tidak ada sumber air, terlebih apabila pendakian dilakukan pada musim kemarau. Setelah repacking, dan urusan administrasi beres segera kami bergegas untuk melaksanakan pendakian.
Foto keluarga dulu sebelum nanjak (Dari kanan ke kiri TS a.k.a Tata, Abhe, Janu, Jamal SWAD, Kaca, Doris, Bismi, Mbak Wida, Bang Irwadi, dan Mbak Endang).

Kondisi dan cuaca pada saat pendakian itu mulai berkabut, jadi puncak ga begitu keliahatan. Dan kita langsung disambut pemandangan kebun teh dan tanjakan perkenalan. Ini dia fotonya..

Perkenalan Gunung Cikuray tanjakan pertama
Istirahat ditengah-tengah jalur, kondisi hutan kayak gini nih yang buat betah bobo saat perjalanan nanjak
Hutan dikanan-kiri sepanjang jalur menuju Puncak masih perawan yakni hujan hutan tropis penuh dengan akar-akar pohon.
Gunung itu memang ajaib ya, dan memang kita jangan ngomong sembarangan. Pas udah lewat pos-3 cuaca sempet kabut dan ga hujan, tapi saya malah nyeletuk "Untung ga ngebivak di pos-3 ujannya ga jadi" dan tiba-tiba 10 menit kemudian turunlah hujan dan badai dan terpaksalah ngebivak ditengah jalur. Dan hati-hatilah dengan mulutmu, karena alam susah diprediksi dan penuh kejutan. Kata Bang Irwadi "Nih ujan, hasil celetukanmu Taaa...". Dan saya hanya bisa diam sambil nyengir-nyengir kuda. Tapi sayangnya ga semua tim ikut ngopi-ngopi dalam bivak. Salah satu dari kita yakni Bang Doris berjalan dengan gaya babi menuju puncak Cikuray dengan alasan mau nyari lapak buat tenda kita, alhasil dia ga ikut party makan sama kita. Maaf yee bang padahal dirimu lagi ultah...Oh iya jarak yang terjauh adalah jarak dari Pos 2 menuju Pos 3.

Ngebivak ditengah jalan sampai harus nutupin pendaki 17 summit yg lagi kebut gunung
Akhirnya setelah hujan agak reda kita memutuskan untuk jalan lagi dan ga ada makan besar lagi sampai di Puncak Bayangan alias Pos 6. Setelah beres ngebongkar bivak dan siap2, kami akhirnya jalan lagi. Dengan santay dan ngesot saya, Jamal, dan Bang Irwadi berada dibarisan paling belakang. Disepanjang jalan suasan kabut tebal membuat saya sedikit nynyir untuk berjalan sendirian. Lagi-lagi saya berhenti dan memanggil-manggil Jawal dan Bang Irwadi. Saya sedikit takut, karena di Cikuray ada yang pernah nyasar 2 taun yang lalu. Dan gunung Cikuray adalah satu-satunya Gunung yang buat saya takut setengah mati untuk tracking sendirian dibandingkan pendakian-pendakian sebelumnya. Setelah 2 jam berjalan akhirnya kami sampai di Puncak Bayangan sekitar jam 5 sore, dan ternyata disana lapak tenda sudah penuh sekali. Akhirnya kami membuat kesepakatan disini kami akan makan besar, masak-masak, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puncak Cikuray jika kondisi tak hujan. Abhe yang ngetrack duluan sebelumnya bilang katanya Doris udah menuju Puncak sendirian tidak menunggu anggota tim yang lainnya.
Pos 6 alias Puncak Bayangan
Setelah nesting, kompor, dan logistik dikeluarkan mulailah kami masak-masak. Saat ini saya untuk pertama kalinya masak sayur sop untuk semua anggota tim, padahal sebelumnya tiap kali nanjak yang dibawa itu makanan instan melulu kayak bubur instan atau mie. Tapi pada pendakian kali ini saya pengen coba masak yg mentah2 biar lebih sehat. Disamping acara masak-memasak 1 tenda akhirnya didirikan karena cuaca semakin dingin dan angin semakin kencang, ditambah hujan rintik-rintik. Akhirnya keputusan tim berubah kami memutuskan untuk ngecamp di puncak bayangan karena kondisi badan yang sudah sedemikian lelah, dan liat anggota tim yang lain udah pada pewe. Setelah makanan siap akhirnya kami makan malam bersama, dan perjanjian langsung tidur untuk persiapan summit attck besok pagi. Tapi ternyata tidak dengan para lelaki yakni Bang Irwadi, Janu, Jamal, dan Bismi. Mereka malah main gapleh dan yang kalah jongkok sampai sekitar jam 23.30 malam.

Sekitar jam 3.00 pagi pada 16 Desember 2012 alarm di ponsel saya berbunyi menandakan harus bangun untuk persiapan summit attack, awalnya saya masih ogah-ogahan karena cuaca sangat dingin tapi bintang sangat cerah di langit sana. Setelah membereskan tenda, dan mengepak sebagian barang maka kami bersiap-siap tracking ke Puncak, tetapi Bang Irwadi tinggal di tenda. Perjalanan berlangsung pada pukul 3.45 pagi dan kami mulai ngetrack dengan medan yang menanjak dan berbatu. Formasi pada saat pendakian adalah 1 pria mengapit 1 wanita, jika terjadi apa-apa dapat segera ditangani. Tapi ada hal yang ganjil pada saat saya dan Jamal berada dibarisan paling terakhir. Ketika saya akan naik menaiki suatu batu terdengar ada suara seorang lelaki yang mengagetkan saya dan menyapa "Wushh.." dari sebelah kiri telinga saya, dan membuat saya kaget. Padahal waktu itu jarak saya dengan Jamal cukup berjauhan. Dalam hati saya merasa takut, tapi biarkan saja toh gunung kadang menyimpan banyak hal mistis, tak perlu dipikirkan secara berlebihan. Akhirnya pada pukul 5.15 pagi kami sampai dipuncak. Akhirnya ketemu sama Bang Doris katanya dipikir kita mau ngecamp di Puncak makanya ditempatin lahannya, mendengar ceritanya kasihan juga nih Bang Doris ga sempet makan besar saking kelaparannya dia makanin snack, dan katanya kedinginan seorang diri di Puncak, karena menempati tenda kapasitas 4 orang sendirian. Ditambah pula bawa nesting dan kompor tapi gasnya gak bisa nyala-nyala. FYI, puncak Cikuray itu sempit, ga ada kawah, hanya muat 4 tenda dan ada sebuah shelther. Tapi kalo cuaca lagi cerah bisa dapet pemandangan bak negeri diatas awan. Yuk diintip foto-fotonya dibawah ini...

Saat fajar mulai terbit


Jajaran Gunung Papandayan dari atas Gunung Cikuray. It's sooo awesome ^_^

Kayak di Bromo ya? Bukan ini di Garut loh....

Horrayy..  We are on the peak Cikuray Mountain

Bak negeri diatas awan...

Demi dapet pemandangan bagus team akhirnya naik ke atas shelter buat narsis dan jepret-jepret. Bang Irwadi yang tadinya di tenda, akhirnya nyusul ke Puncak. Sayang Mbak Endang ga mau naik, walau pada akhirnya naik juga

Setelah puas foto-foto akhirnya jam 7 pagi kami turun dari Puncak untuk segera menyiapkan makan pagi dan packing untuk kemudian turun gunung. Perjalanan turun sekitar 45 menit, dan pada saat nanjak 90 menit yah hampir setengahnya. Padahal tadinya saat turun di pos 7 saya ingin jepret-jepret dulu, tapi tahu-tahu sudah bablas di Puncak Bayangan. Satu hal yang saya aneh dari Cikuray juga adalah tanda pos-nya ga selalu kelihatan jelas serta ga ada edelweis yaa..
Suasana turun dari Puncak

Setelah samai pos 6 sekitar jam 7.45 ternyata Bang Irwadi udah masak. Dan menu makan pagi kita adalah tempe,dan mie goreng serta mi rebus sama roti. Setelah semuanya beres, kita repacking dan bongkar tenda serta pembagian sampah tiap orang turun harus bawa sampah. Setelah selesai berdoa kita mulai turun sekitar jam 10.30, tapi jam 12an sudah mulai turun kabut sehingga harus siap pakairain coat. Ini nih proses turun gunung yang paling saya ga suka, sebagian besar jalanan turun dengan akar dan kita kayak turun nurunin anak tangga, sehingga kita nahan beban di kaki sehingga lebih capek. Kondisi medan Cikuray cukup membuat saya kesal, karena turunan gak bisa lari malah kesandung-sandung dan jatuh sampai tangan sakit. Sebab jalan licin sekali. Awalnya saya kira sekitar jam 12.30 siang sudah sampai di Pemancar ternyata tidak, malah molor jadi jam 2 siang. Karena cuaca hujan, dan pada saat turun setelah pos 1 kita malah buka jalur sendiri, melewati kebun penduduk yang tanahnya gembur, dan memotong ke kebun teh. Sebab ada turunan dikebun teh yang apabila dilewatin itu licin banget pada saat kondisi hujan. Track kebon teh yang akan diewatin itu dipikiran saya curam banget, dan saya males main perosotan dan lumpur akhirnya saya berinisiatif buka jalur sendiri alias nyari jalan dengan patokan Pemancar. Saya berjalan seorang diri dengan batas pagar Pos Pemancar, tapi ternyata saya dapet jack pot, saya melalui semak-semak yang tingginya hampir 2 meter. Terlihat bahwa jalurnya jarang dilewatin orang. Melipir pagar akhirnya saya masuk ke Pos Pemancar yang merupakan pemancar stasiun televisi TVRI, tapi sialnya itu sepi banget dan gerbangnya digembok sehingga saya ga bisa manjat. Ketakutan pada saat itu karena saya sendiri, akhirnya ada pemancar polisi saya melipir kebawah dan jalanan menuju Pemancar sudah kelihatan, dengan harapan akan menemukan jalan, and gotchaaa...saya muncul dari sebelah kanan Pos Pemancar. Puji Tuhan dan syukur saya panjatkan akhirnya ga jadi nyasar, dan ga lagi-lagi sok nyari jalan sendirian. Untung ini udah di Pemancar, coba kalo nyari jalur sendiri di hutan pas di gunung, nyawa bisa-bisa melayang. Dan anggota tim yang lain pun sampai dengan selamat dan utuh. Pas sudah sampai Pemancar hujan turun dengan derasnya disertai badai dan petir.
Proses masak dan makan pagi


Suasana repacking

Kabut pada saat susana turun
Suasana hujan yang tak berhenti selama 2 jam hingga jam 4 sore membuat kamu tertahan di Pos Pemancar dalam keadaan lapar dan kedinginan, dan dalam kondisi seperti ini pun Kang Dede gak mungkin jemput kami karena jalanan licin. Akhirnya jam16.30 sore kang Dede datang menjemput kami beserta tambahan 3 orang diluar tim kami yang akan ikut sampai Terminal Guntur karena salah satu tim-nya cedera. Dan mereka ternyata tetangga tenda kami saat di Puncak Bayangan. Hal ini tak dilewatkan begitu saja oleh Bismi untuk berkenalan dengan Cora, aheyyy..kenalan juga yaaa.. Kondisi terkantuk-kantuk ingin tidur tapi ga bisa, akhirnya kondisi seperti itu terus berlangsung hingga menuju Pos Satpam, akhirnya saya mendaftarkan diri bahawa kondisi tim dalam keadaan lengkap, dan mengambil KTM saya yang menjadi jaminan. Dan pada pukul 18.30 kami sampai di Terminal Guntur. Akhirnya kami mandi dan ditraktir makan malam nasi goreng super pedes sama Bang Doris yang kebetulan berulang tahun. Dan jam 8 malem cabut ke Jakarta. Lucunya Mbak Endang dari jam 18.30 bilang pamit duluan pulang, eh tahu-tahu sebis sama kita.

Untuk pendakian kali ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Tuhan YME karena atas izin-NYA pendakian ini dapat terlaksana dan kami semua dapat pulang dengan selamat sampai rumah.
  2. Bang Irwadi yang udah mau jadi guide selama nanjak di Cikuray (Kali ini gue nanjak gak cuma sampai Pemancar aja).
  3. Teman-teman pendaki yang udah mau nanjak bareng ya. Maaf kalo TS kurang profesional, sama-sama masih belajar, maaf kalo banyak kekurangannya.
Dan saya banyak belajar pada pendakian kali ini yakni :
  1. Dibutuhkan koordinasi tim jangan sampai ada komunikasi yang salah dan ga nyampe, dari mulai safety, ngecamp dimana, dan pembagian teknis dilapangan.
  2. Menahan buat ga marah-marah karena cuaca yang buruk seperti hujan dan badai. Disini TS harus lebih banyak belajar lagi buat ga ngomel-ngomel kalo jatoh atau terkilir karena jalanan licin. Karena pendakian selama musim hujan mental  benar-benar diuji dari mulai kesiapan tim, kelengkapan peralatan, dan mental yang harus tetep "in control" dengan cuaca seburuk apapun, dan medan seberat apapun.
  3. Pendakian Cikuray merupakan closing party buat TS sebelum lepas status mahasiswa :)
  4. TS belajar untuk lebih menyiapkan trip yang lebih well managed nanti dari segi safety,peralatan, medan,dll.
And the last word see you on next mountaineering...

Salam nanjak salam ngesot :)

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)