Balada Pekerja Kelas Menengah Jakarta

Hujan yang deras mengguyur kota Jakarta beberapa hari terakhir seperti malapetaka untuk saya sendiri. Terutama untuk pekerja yang mengandalkan moda transportasi umum seperti busway atau commuter line. Apalagi hujan menyapa pada saat pagi hari sekitar pukul 6-9 pagi terutama dengan intensitas hujan deras dipastikan lalu lintas dimana-mana pasti stuck, telat ngantor, kena macet, berdiri di moda transportasi umum, menambah stress. Kondisi tersebut ditambah parah apalagi jika jam pulang kantor disertai hujan deras dan terjebak macet lagi bisa 4-6 jam hanya perjalanan pulang pergi dari kantor ke rumah. Kondisi seperti ini kadang setelah bangun tidur dan sadar esoknya harus pergi ke kantor rasanya enggan.


Harga lahan yang semakin menggila, properti yang mencapai milyaran rupiah, sedangkan gaji untuk fresh graduate hanya berada dikisaran 3-5 juta/bulan memaksa kita untuk tetap survive ditengah kondisi yang sepertinya memang tidak manusiawi. Hanya menjalani, karena kondisi terjepit tak ada pilihan lain. Memang benar apa yang dikatakan senior saya saat kuliah bahwa kehidupan yang sebenarnya berada setelah lulus universitas dan mendapatkan gelar sarjana.


Gaji seadanya, kondisi sosial yang membuat stres, sedangkan tuntutan perusahaan untuk tetap prima dan berprestasi membuat kondisi persaingan di dunia kerja sangat sengit. Kadang yang saya rasakan sendiri, rasanya menjalani kehidupan yang tidak masuk diakal, yang dibayarkan tak sesuai dengan tekanan yang ada. Memang benar hidup di Jakarta keras boss !! Tidak bekerja ya ndak makan. Mungkin benar yang dibilang orang tua saya, saat kita bisa beradaptasi dengan Jakarta maka dimanapun kamu akan bisa hidup. Karena watak budaya orang-orang di kota ini egois dan tidak mau mengalah serta ambisius.


Pengaruh lainnya terhadap kesehatan akibat kelamaan berdiri di moda transportasi umum adalah kelainan pada tulang, menjadi lebih cepat lelah antara otot dan syaraf. Karena kondisi berulang dan terjadi dalam jangka waktu lama. Hal ini berakibat kelelahan luar biasa, warganya menjadi lebih sensitif, lebih rentan sakit arthritis, biaya berobat naik, dan kematian di usia muda. Selain itu karena hal tersebut bisa membuat pekerja  lebih sering izin sakit sehingga beberapa pekerjaan terbengkalai.


Jakarta...Oh Jakarta....keras sekali untuk bisa bertahan hidup di kota ini.. Hanya pasrah, sabar, dan tawakal yang bisa dijalani setiap saat dan setiap langkah....

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)