UNTUK PARA PERANTAU DAN ANAK DAERAH YANG MERANTAU DI JAKARTA



Kita bukan apa-apa ketika menginjakkan kaki di kota ini. Dipenuhi oleh sejuta mimpi dan ambisi dari kampung atau daerah yang kesempatan tidak terbuka lebar seperti Jakarta. Kota ini katanya keras dan kejam itulah yang dikatakan orang-orang. Hari demi hari kita tapaki memang panas, tak hanya cuaca panas karena letak geografisnya didataran rendah tetapi semua "panas" dalam pergaulan kantor atau kampus. Semua orang memakai topeng, ada kedekatan karena asas kepentingan. Semua seolah  bahagia dengan apa yang dimiliki, dari tinggal dan mencicil di apartemen ternama, mobil keluaran terbaru, gadget keluaran paling canggih, dan asyik dengan dunianya sendiri, seolah ramai dalam dunia maya, kesepian dalam dunia nyata. Tiada sahabat yang mampu dipercaya. Aku pun merasakan hal yang sama, segala terasa mudah dimiliki, tetapi sahabat dan bahagia, mana tahu...

Jauh sebelum kita memiliki apa yang kita mau, kita mungkin tersungkur, terseok memenuhi undangan interview psikotest dan wawancara diperusahaan impian. Mungkin rela dibayar gaji kecil asalkan mendapatkan titel orang kantoran, dan pekerjaan standar dimulai dari hanya administrasi, scan, dan copy. Berhemat makan dengan gaji tak seberapa, berkata pada keluarga di kampung "Saya baik-baik saja Pak/Bu, tidak usah khawatir...". Mungkin gaji yang tak seberapa pun harus kita hemat dengan harus kirim uang bulanan bagi keluarga dikampung hanya untuk sekedar biaya adik sekolah atau dapur si Ibu. Asalkan mereka tercukupi kita bahagia dengan segala keterbatasan di tanah rantau.

Kata mereka Jakarta hanya akan tetapi menjadi mimpi bagi para unskill people, atau orang-orang yang tanpa keahlian hanya akan menjadi sampah disini, hanya sekedar berjualan kaki lima atau ketika akal tiada lagi menjadi panutan maka meminta-minta, mungkin lebih parahnya menjadi kriminal. Maaf bukan tak menghargai pekerjaan. Semua pekerjaan adalah sulit, tapi kadang yang bersekolah dan berpendidikan tinggi pun hanya menjadi seorang rendahan dikantor, seolah menjadi robot. Persaingan di tanah ini sangat ketat kawan, mereka yang siap berjuang tanpa lelah dengan kualitas terbaik lah yang akan menjadi pemenang. Mereka yang duduk bersantai akan kalah dan tertinggal. Karena banyak orang yang siap menggantikan. Yang siap menggeser posisimu kapanpun kamu lengah.

Jakarta adalah tanah para jawara, untuk para pemenang. Jangan kau datang kesini, jika tak siap kerja keras dan disiplin. Usaha dan doa saja tak cukup untuk sekedar menaikkan kastamu dihadapan keluarga dikampung hanya untuk ukuran sebuah kata sukses, dan bermobil kala mudik saat lebaran datang. Ketika hilang akal mungkin mengambil jalan pintas dan menjual diri adalah jawaban bagi sebagian pihak yang tak mau lagi bersaing dengan jalan yang benar.

Semuanya kehormatan, harga diri adalah masalah uang, kamu mau dihargai maka milikilah uang yang banyak. Ketika kamu menggenggam uang maka kebenaran pun bisa dibeli. Lantas apa artinya pendidikan dan jabatan tinggi, jika kamu tak bisa mengimani dengan sepenuh hati ?

Mereka yang merantau memang memiliki keyakinan bahwa dikampung sulit berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik dengan keterbatasan kesempatan, dan sulit kesempatan mendapatkan uang, mencari pekerjaan. Jakarta adalah rumah berjuta pemimpi seperti saya sendiri. Dan saya tahu bahwa perantau adalah orang-orang dari keluarga biasa dan kecil bukan keluarga berdasi, dimana harus cukup berjuang keras untuk apa yang mereka sebut HIDUP dan SUKSES. Hidup di Jakarta menekan rasa ego dan membunuh rasa nyaman, bahwa kadang otak harus berfikir 24 jam diluar jam kantor, dan mencari penghasilan tambahan untuk menutupi kekurangan, atau bahkan menabung untuk impian lainnya. Para perantau adalah pejuang-pejuang hebat dan bermental kuat dengan segala tekanan dan kejutan ditanah ini.

Mereka yang berasal dari keluarga berdasi merantaupun dengan diberikan segala fasilitas oleh keluarganya dari kampung. Diberikan apartemen, rumah, mobil, kendaraan untuk menunjang kegiatan mereka. Karena keluarganya mampu sehingga bisa hidup disini dengan nyamannya. Sedangkan sebagian besar perantau, berjuang untuk sekedar makan dna menyambung nyawa.

Dengan segala kericuhan kota ini dan segala pencapaian yang sudah didapatkan. Saya hanya ingin bertanya APAKAH KALIAN BAHAGIA? APAKAH KEHIDUPAN MACAM INI YANG INGIN KALIAN LAKONI? APAKAH INI YANG KALIAN INGIN CAPAI?. Tanyakanlah pada hati yang paling dalam, APA KALIAN BENAR-BENAR BAHAGIA?

Sekedar berbagi pemikiran, saya hanya membagi sedikit pikiran dari saya yang bukan apa-apa ini, ketika sudah mulai lupa kalian siapa dan terbawa budaya kota dengan bahasa "gue, elo..." melupakan tata bahasa nan santun "saya, anda..." dan merasa menjadi lebih kota. Coba tengok kembali pada titik kita menginjakan kaki dikota ini :
1. Apa tujuan asal kalian merantau?
2. Untuk siapa kalian berjuang?
3. Benarkah lupa asal-usul kalian?
4. Apakah kalian bahagia?

Meringkas tulisan ini, saya hanya ingin menyampaikan sebuah pemikiran bagi para perantau :
1. Siap hidup di Jakarta memiliki segalanya dan ingin menetap disini hingga tua dan dalam jangka waktu lama bersiaplah atas segala kompetisi nan ketat, dan dunia fana serta mengorbankan kebahagian batin dan kenyaman yang manusiawi. Waspadalah akan segala tantangan di kanan dan di kiri anda semua. Berjuanglah dan berlatihlah menelan segalanya sendiri dan menjadi seorang individualistis
2. Untuk yang memilih bekerja atau kuliah di Jakarta sementara waktu selesaikanlah setiap tahapan dengan baik, tingkatkan kemampuan dan carilah ilmu dan kolega sebanyak mungkin. Kemudian pergilah menjelajah mancanegara untuk mendapatkan kesempatan dan kehidupan yang lebih baik dan lebih manusiawi. Atau kembalilah ke daerah asalmu dan berbaktilah disana, bangun menjadi semakin maju.

Bahwa bahagia bukan masalah nominal gajimu berapa, apa yang kamu miliki, apa pencapaianmu yang dapat diukur dalam kasat mata. Kebahagian hakiki untuk saya adalah hidup berguna bagi sesama, membantu menemukan sudut pandang berbeda dan menjadi panutan bagi sesama, dan seimbang antara bakti pada Tuhan, keluarga, dan sekitar. Bahwa bahagia itu kita merasa hidup dan bergairah dengan apa yang dijalani, tidak bergantung pada berapa uang yang kita miliki.

Hidup dikota atau diaerah adalah pilihan, maka hiduplah dalam kehidupan yang membuatmu menjadi seutuhnya manusia yang welas asih dan membesarkan sekitarmu...

Selamat hidup dan bahagia...

NB : Tulisan ini diinspirasi dari kemacetan stuck luar biasa Jakarta hari ini 26 August 2015.

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)