Surga Tujuh Puncak Tanah Jawa : Prau


Tanah Tinggi Dieng siapa yang tidak mengenal salah satu destinasi favorit di Jawa Tengah ini, ya berkunjung kesana membuat mata anda terbelalak dengan kecantikannya. Diantara ketinggian tanah Dieng yang kata orang merupakan Tanah  Surga ada satu gunung yang tidak begitu tinggi namun memiliki pemandangan yang sangat ciamik yakni Gunung Prau dengan ketinggian 2565 mdpl. Gunung ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan diantara kalangan para pendaki, tidak begitu tinggi tetapi menyuguhkan pemandangan yang luar biasa cantik, dari atas puncaknya dapat terlihat puncak tujuh gunung di Jawa Tengah.

Titik awal pendakian menuju Gunung Prau ini ada dua lokasi, untuk yang pertama dan jalur resmi dari Patek Banteng, disini para pendaki akan dimintai identitas resmi sebelum naik. Jalur Patek Banteng ini memang lebih cepat untuk sampai ke Gunung Prau tetapi seperti biasa makin cepat sampai makin nanjak, tracknya berupa bebatuan dengan kemiringan 70 derajat, dan merupakan jalur air. Titik kedua merupakan titik ilegal wkwkwk..mengapa saya katakan demikian sebab tidak ada pos pendaftaran atau lainnya, jalur ini melewati SMP 2 Kejaren. Jalur ini lebih merupakan jalur penduduk menuju kebun warga.

Pendakian saya lakukan sekitar bulan Oktober pada saat libur lebaran haji, menuju Prau merupakan pendakian duet maut saya dengan Aldi, pertama kali nanjak tapi bukan jamaah. Jalur yang kami pilih lewat SMP 2 Kejaren, lokasi SMP ini tidak jauh dari pertigaan Dieng menuju arah Wonosobo letaknya berada di sebelah kiri jalan, titik pertama pastinya sekolahan SMP, medan  yang dilalui masih cukup santai yakni ada makam disebelah kiri, selanjutnya merupakan ladang penduduk. Ladang penduduk ini dipenuhi beraneka ragam sayuran, jalur masih landai dan sesekali pemandangan tanah tinggi Dieng masih terlihat jelas. Kami mulai menapaki track ilegal ini jam 1 siang. Bersyukur kala itu cuaca cerah.

Track ladang penduduk

Track sebelum masuk hutan


Tanah Dieng nan mempesona


Setelah berjalan santai selama 30 menit track ladang perkebunan penduduk berubah menjadi hutan, hutan pinus dengan medan yang sangat landai sekali, tracknya menurut saya mirip dengan jalur Cibodas - Gunung Gede. Vegetasi yang ada di hutan pinus ini dengan jalanan berdebu, sambil sesekali terlihat rumput liar yang ditanami bunga-bunga seperti bunga Daisy. Lepas hutan pinus track sedikit mulai menanjak, dan sudah mulai terbuka terlihat nun jauh disana pemukiman penduduk, dan pemandangan Tanah Tinggi Dieng. Sungguh saya sendiri takjub melihat karya Tuhan yang sangat indah ini.

Sesekali kecapaian dan berhenti tiap 10 menit, ya saat ini saya memanggul keril saya yang berkapasitas 35 Liter tanpa membawa air 6 L seperti pendakian ke Cikuray. Sedikit-sedikit mencari pohon yang enak diduduki, tapi berkali-kali Aldi bilang "Jangan istirahat terus, kasian otot lagi kerja tapi dipaksa istirahat..." Akhirnya saya berjalan lagi, dengan Aldi dibelakang sebagai sweaper tentunya. Setelah habis melewati hutan kita akan menemukan Pos Pemancar. Ketika sudah sampai Pos Pemancar ini menunjukkan bahwa kita makin mendekati puncak Gunung Prau.









Hutan sebelum pos pemancar



Tanah Dieng


My sweaper :)
Kenapa dinamakan Pos Pemancar, sebab disini banyak pemancar stasiun televisi baik milik pemerintah ataupun milik swasta. Sampai di Pos Pemancar saya beristirahat sejenak, dan bertemu dengan pendaki lainnya yang hanya berjumlah 4 orang. Pada saat itu kondisi sangat sepi, mungkin karena keesokan harinya Lebaran Idul Adha. Tetapi sebenarnya pendakian seperti inilah yang saya inginkan, sepi,damai, tak terlalu banyak hiruk pikuk orang-orang. Dari atas pemancar, kita dapat melihat sekeliling pemandangan dataran tinggi Dieng, lepas tanpa batas apapun. Sehabis lelah terobati, kami pun melanjutkan perjalanan lagi untuk mencari tempat camp, karena hari semakin sore.

Selepas pos pemancar berjalan sekitar 30 menit kita sudah berada diantara lembah-lembah Gunung Prau, kami sesegera mungkin menyisir lokasi untuk buka camp yang cukup aman dan nyaman serta terlindung dari angin pada saat malam hari. Karena berupa lembah, maka kami harus pintar-pintar memilih tempat camp. Akhirnya kami pun menemukan tempat camp dengan bertetangga dengan pendaki yang kami temui di Pos Pemancar tadi. Kemudian taraaa... camp pun kami dirikan. Saran saya lakukan pendakian pada saat musim panas, jangan musim hujan. Sebab sebagian besar medan Gunung Prau berupa medan lembah terbuka, dan dikhawatirkan pada saat hujan rentan badai dan petir. Sehingga takut tersambar dan tenda melayang-layang. Hal itulah yang teman saya ceritakan pada saat pendakian dilakukan saat musim hujan.


Track sehabis Pos Pemancar


Jalanan menurun, hati-hati berpegangan pada akar
Lapak buat neduh

Selesai mendirikan tenda, senja semakin terlihat, dan kami mendapati salah satu keajaiban alam yang sangat luar biasa.Lautan awan dan sinar mentari yang akan pulang ke peraduan, sungguh sore yang sangat cantik dan ciamik. Gunung Prau rekomendasi terbaik untuk pecinta siluet dan pecinta senja. Saat itu kami hanya bisa mengucap syukur kepada Tuhan Sang Penguasa Alam. Lukisan nan apik dengan garis langit tegas membuat kami tak henti berdecak kagum.


Senja di Gunung Prau


Selamat datang jingga
Petang menuju jingga
Selesai puas berfoto dengan saat senja datang, kini malam menampakkan peraduannya. Langit cerah, bintang berkelap-kelip dan bulan purnama. Ditemani suara tonggerek, ah malam yang sangat syahdu.dan damai sambil sesekali suara adzan dan tasbih berkumadang nun jauh dibawah sana. Malam yang tidak akan saya lupakan, menikmati keindahan Tuhan dengan sunyinya malam diatas pegunungan sedangkan dibawah sana orang-orang menghabiskan waktu dengan euphoria datangnya hari raya Idul Adha.

Malam itu cuaca sangat dingin, selesai makan malam saya langsung bergegas berlindung dan menghangatkan badan dibawah sleeping bag. Maklum saja sangat dingin karena Gunung Prau berupa lembah yang merupakan tempat pertukaran angin. Memasang alarm pukul 5 pagi untuk summit attack keesokan harinya, berharap tidak kesiangan :)

Bangun dengan nyawa yang belum terkumpul saya membuka pintu tenda. Cuaca sangat ciamik pagi itu, bergegas saya mengambil kamera dan menyusul Aldi yang sudah berada duluan diatas puncak Gunung Prau. Tempat kami membuka tenda dengan puncak Gunung Prau tidak begitu jauh hanya 10 menit berjalan santai. Matahari memancarkan sinarnya malu-malu dengan indahnya semburat langit pagi, burung berkicau tiada henti. Seolah alam mengamini pagi itu, ya hari Idul Adha yang mungkin sebagian manusia bertafakur dalam sujud, kami berada diatas gunung memuji Tuhan dengan cara kami sendiri. 

Melihat kearah barat nampak puncak Gunung Slamet dan Ciremai dari jauh, memandang ke sebelah Timur puncak Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, dan Merapi terlihat gagah diantara lautan awan pagi itu dengan kabut tipis. Berfoto dan mengabadikan momen yang tak setiap hari kami dapatkan saat di kota. Saya hanya bisa takjub tersendiri melihat pemandangan yang saya dapati pagi itu dari atas ketinggian. Serasa di surga...Benar kata orang Prau sangat indah sangat cantik...


Guten Morgen


How do you call this miracle ?
Thanks for caring me always along this mountaineering time :)
Puncak Gunung Slamet disebelah barat Gunung Prau
Dieng, selamat pagi
Harmoni Alam

Puas memanjakan mata dengan ketujuh puncak gunung di Tanah Jawa, kami segera bergegas turun bahwa kami ingat kami harus mengejar kereta pulang. Lagi-lagi tak adayang Tuhan ciptakan secara sia-sia, kata orang Gunung Prau itu bukit teletubies kenapa? Sebab banyak bunga-bungan daisy nan cantik diantara rerumputan liar yang tumbuh. Berpose sesaat, benar sekali lagi saya menjadi takjub, sangat takjub gunung ini sangat cantik meskipun tidak begitu tinggi. Secantik langit yang menyapa kami kala itu...


Jalan setapak menuju tempat camp
Miracle
Bunganya menggoda

Bukit Teletubbies
Tak lama kami segera packing dan mempersiapkan makan pagi. Saat itu kami memutuskan untuk turun melwati jalur yang sama. Sepanjang pendakian kami hanya melihat 4 pendaki yang merupakan tetangga sebelah tenda kami. Mereka turun melewati jalur Patek Banteng, dan saat kami menyiapkan sarapan pagi, kami melihat sekitar 7 orang yang merupakan keluarga yang melintas dan diantar oleh porter. Sehabis beres melahap makan siang kami bergegas turun menuruni track, perjalanan turun menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam. Pendakian Gunung Prau pendakian terbaik saya tahun 2013 dengan cuaca bagus, dan kejutan alam yang sangat ciamik.. Suatu saat saya akan kembali lagi kesana..


Tanah Dieng dari Puncak Prau
Telaga Warna








Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)