Quarter Crisis Life Part Karier & Pendidikan (Part 1)

Menapaki fase kehidupan manusia dewasa lebih lanjut kata mereka. Menjadi manusia dewasa seutuhnya. Kehidupan manusia dewasa tak sepenuhnya seindah menyenangkan ketika sewaktu kecil. Jika waktu bisa dihentikan aku mungkin lebih memilih menjadi anak kecil. Tanpa harus memikirkan apapun kecuali bermain dan belajar. Ketika kesulitan paling sulit hanyalah teman yang menyebalkan dan PR Matematika. Tapi kita tidak bisa menghentikan waktu melaju bukan. Kata mereka Quarter Crisis Life dialami semua anak manusia didunia. Dimana sudah berusia seperempat abad atau usia 25 tahun. Krisis identitas jika para psikolog mengatakan. Begitupun aku, kamu, dan kita semua.

Aku pun sering merasa kebingungan dengan tujuan hidupku sebenernya mau apa, kehidupan seperti apa yang ingin aku jalani di sisa hidupku. Banyak pertanyaan yang muncul dalam otak dan pikiran tetapi hanya bisa kujawab sendiri. Aneh kan? Aku yang bertanya tapi aku yang menjawab. Sama aku pun terheran-heran dan kebingungan. Jika di dunia luar sana masih banyak yang kebingungan dengan hidupnya sendiri, mari kita coba bertukar pikiran sejenak. Menurut aku sendiri Quarter Crisis Life itu sendiri dibagi atas beberapa persoalan. Dan untuk kali ini saya akan membahas karier dan pendidikan dahulu.

Karier & Pendidikan

"Kata  orang tua kita kamu harus selalu rajin belajar supaya pintar dan jadi juara kelas supaya kelak jadi orang" pernah mendengar orang tua kita berkata demikian. Ibuku selalu mengatakannya berkali-kali. Pada saat ini di usia menuju 26 tahun aku sendiri masih bingung dengan definisi menjadi "Orang" itu apa. Sebagai anak rantau yang mencoba merantau selama kurang lebih 8 tahun. Bagi orang kampung dan anak daerah sepertiku definisi orang adalah memiliki rumah sendiri dan kendaraan yang bagus. Jadi pas lebaran dan ajang reuni kadang jadi ajang pamer. Wuih dia keliatan sukses ya padahal esensinya menurutku pribadi bukan seperti itu. Bukan pamer kekayaan. Tetapi pada akhirnya ajang ngumpul selalu seperti itu.

Balik lagi kemasalah pendidikan dan karier.Secara berkesinambungan latar belakang pendidikan mempengaruhi karier dan jenis pekerjaan yang akan dijalani. Makin baik akreditasi dari universitas almamater kita, makin mudah mendapatkan pekerjaan. Suka gak suka itu benar dan mempengaruhi. Aku memang bukan seorang pengamat politik dan pendidikan. Tetapi yang aku rasakan sendiri sistem pendidikan di negeri ini hanya memikirkan bagaimana menjadi pandai dan cerdas secara kognitif dan akademik, tetapi secara karakter dan perilaku tidak dikembangkan dengan baik. Mungkin hal ini lah banyak yang mendorong para anak negeri guna melakukan tindakan curang pada saat ujian, bahkan mungkin membeli ijazah demi sebuah gelar. Miris bukan ???

Bersyukurlah jika kalian memang bekerja dan berkarier sesuai dengan keilmuan yang telah dipelajari sejak memasuki bangku kuliah. Sedangkan aku sendiri bagaimana?. Lulus sebagai sarjana kimia terapan. Tetapi bekerja di jasa keuangan dan asuransi. Lalu bagaimana? ya belajar lagi dari awal adaptasi lagi. Karena menurutku pribadi kita hanya kuliah itu untuk merubah pola pikir dan paradigma. Pada akhirnya takdir Tuhan lah yang akan membawa kita kemanapun dan bekerja dimanapun. Bahkan memutuskan akan menjadi apa, bekerja kantoran atau berbisnis. Masa awal 2 tahun bagiku sendiri adalah masa coba-coba dalam berkarier. Tetapi setelah melewati usia 25 tahun sebaiknya kalian menentukan apakah akan menjadi profesional di dunia kantoran. Atau kalian akan berdiri dengan kaki sendiri dan menjadi seorang pebisnis.

Dan pada akhirnya jikalau kalian melanjutkan pendidikan hal itu pada akhirnya, PENDIDIKAN HANYALAH JALAN UNTUK MERUBAH POLA PIKIR DAN MENAMBAH WAWASAN, SETIDAKNYA KALIAN TIDAKDIBODOHI OLEH ORANG-ORANG. DAN MENGERTI BAGAIMANA BERTINGKAH LAKU YANG BAIK DAN MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN SECARA BAIK. 

Jika memang memiliki waktu untuk bersekolah lagi jangan sia-siakan. Aku percaya bahwa rejeki untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik akan selalu terwujud dan dibukakan jalan oleh Tuhan. Entah dengan beasiswa ataupun rejeki sendiri. Percayalah selama ada kemauan jalan pasti akan terbuka lebar. Selama kita mau berusaha.

Menurutku pribadi bicara masalah pendidikan.Itu adalah sebuah tabungan dan investasi yang menguntungkan. Memang pendidikan tinggi tidak serta merta membuat kita kaya raya. Akan tetapi pendidikan tinggi membuat kita bisa berempati dan memperlakukan orang lain dengan layak, seperti kita ingin diperlakukan. Dan bagaimana bersikap serta menghadapi masalah. Setidaknya dengan pendidikan yang tinggi mampu membuat kita berpikir analitis dan kritis. Dan ingat orang yang berpendidikan akan berbeda dalam bertutur kata dan bersikap. 

Memang tidak semua yang berpendidikan tinggi berbudi luhur, seperti para koruptor misalnya yang memiliki gelar PhD atau profesor. Tetapi semua tidak dapat disama-ratakan. Pendidikan tinggi setidaknya membukakan banyak jalan untuk tetap dapat bertahan hidup. Dan pendidikan tinggi adalah wujud dari simbol penghargaan manusia sebagai makhluk yang berakal untuk mengembangkan kompetensinya semaksimal mungkin sebagai tanggung jawab umat manusia hidupdi dunia. Bukankah dalam Al-Qur'an sendiri diperintahkan untuk membaca dan belajar sampai liang lahat. Iqra...Iqra...Iqra...


Sungguh kawan mendapatkan pendidikan yang baik tak akan pernah membodohimu dari apapun. Jadi jangan takut bermimpi untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi :)

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)