Lawu…Oh…Lawu akhirnya berjodoh juga denganmu. Nasib naik ke
Lawu beberapa kali tertunda karena faktor kuliah dan kerja. Tapi akhirnya
berhasil juga menginjakkan kaki di Puncak Hargo Dumilah. Ajakan naik Gunung
Lawu bermula dari bisikan gaib makhluk antah berantah Kakak Nazrul Budi yang
merencanakan pendakian hanya dengan 3 orang saja yakni : Kak Nazrul, Kak Daniel
(temannya Kak Budi yang baru balik berlayar) dan saya sendiri. Tapi eh tapi nambah
1 bocah lagi yakni Mr. Narsis Alki Narasakay. Kak Nazrul dan Alki sendiri
adalah ex-tim pendakian Gunung Merapi pada bulan Maret 2013 silam.
Hari yang ditentukan akhirnya tiba, kami berempat berkumpul
di Stasiun Senen pada hari Sabtu 13 April 2013 pada pukul 12.30. Kereta kami
berangkat pukul 13.00 WIB. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan pendakian
dengan Kak Nazrul dengan santai tanpa dibayang-bayangi salah lintasan dan jadi
penumpang gelap lagi…hahaha… Alki datang paling belakangan dengan ngojeg dari
Kampung Melayu menuju Stasiun Senen.
 |
Pemandangan dari kereta menuju Solo |
Bunyi suara pluit masinis menandakan kereta akan segera
berangkat, segera kami menaiki kereta. Saya, Kak Nazrul dan Kak Daniel berada
dalam satu gerbong yang sama, tapi Alki berada di gerbong yang berbeda karena
membeli tiket belakangan. Berangkat menuju kota Solo dengan menggunakan kereta
Bengawan, terasa sangat panas siang itu. Yap hanya menggunakan kipas angin
saja. Cemilan yang menjadi pembuka adalah jajanan asinan yang dibawa Kak
Nazrul. Awalnya sih katanya buat bareng-bareng tapi ujung-ujungnya abis juga
sama Kak Nazrul sendirian.
Hari makin menuju malam, akhirnya kami berempat main gapleh
lagi dengan jaket ungu kesayangan saya yang menjadi meja. Permainan berlangsung
cukup lama dengan saya menjadi Ibu RT, dan kebagianlah ngocok kartu sepanjang
term permainan kedua. Karena kelelahan hampir jam 9 malam sampai di kota
Yogyakarta saat kereta terus melaju, kami tertidur pulas. Pukul 23.30 WIB tepat
kami sampai di Stasiun Solojebres.
Mencari-cari tempat untuk menaruh tas kami yang besar dan
sesaat beristirahat menunggu pagi, mojoklah kami akhirnya dekat dengan tempat
charging handphone. Perut terasa keroncongan sekali, dan akhirnya Kak Nazrul
dan Kak Daniel bertugas membeli suguhan makan dini hari, sedangkan Alki menemani
saya di stasiun.
Setengah jam berselang mereka sampai, dan akhirnya kami
makan besar. Setelah itu kami langsung mencari lapak buat tidur disamping
mushola dideretan bangku panjang bersama dengan para pedagang yang kelelahan
dan menaruh dagangan mereka di lantai. Keesokan harinya Minggu 14 April 2013
pukul 4.30 pagi Kak Nazrul membangunkan saya untuk bergegas bersiap-siap menuju
Tawangmangu. Selesai solat dan mandi jam 5.30 kami segera berjalan melintasi
rel-rel kereta api untuk mencari bus yang akan membawa kami menuju base camp
pendakian Cemoro Kandang. Suasana kota Solo saat itu sangat cantik semburat
fajar pagi dan angina yang sepoi-sepoi membuat kami terkesima.
 |
Selamat pagi dunia |
 |
Bus Langsung Jaya jurusan Solo-Tawangmangu |
 |
Terminal Tawangmangu Kabupaten Karanganyar |
Sepuluh menit berselang kami mendapatkan bus Langsung Jaya
yang akan membawa kami menuju terminal bus Tawangmangu. Akan tetapi bus masuk
dulu ke Terminal Tirtonadi dan baru berangkat jam 6.30 pagi. Ongkos seharga
Rp.10.000/orang dan perjalanan selama 2 jam, bus berjalan sangatlah lelet dan
lamban saat berada ditanjakan. Waktu berjalan sangat lambat rasanya. Tapi
terobati dengan pemandangan yang khas daerah pegunungan hijau dimanapun berada,
dan deretan pepohonan pinus. Tepat jam 8.30 pagi kami sampai di terminal bus
Tawangmangu, kami langsung sarapan dan belanja-belanja logistik makanan.
Standar sekali makan antara Rp.5.000-Rp.13.000. Tepat jam 9.15 kami meluncur menuju Cemoro Kandang.
Perjalanan dari terminal bus Tawangmangu menuju Cemoro
Kandang menggunakan kendaraan elf L300 dengan tarif Rp.7.000/orang kalo ga
salah. Waktu tempuh sekitar 1 jam dengan tanjakan terus menerus. Ada yang
membuat saya deg-deg serrrrr karena keril saya berada diatas mobil tanpa diikat
sama sekali. Saya takutnya kerilnya jatoh dan rusak. Resenya sebelom mobil
berangkat saya sudah meminta kepada kondekturnya untuk menurunkan tas saya,
biar saya peluk saja. Tetapi dia ngotot gak akan apa-apa dan saya sangat kesal
sekali. Kenyataannya memang tidak apa-apa, tetapi hampir sepanjang jalan saya
melihat keatas mobil dari kaca rumah-rumah yang dilewati. Sambil berdoa dalam
hati agar tas saya tak jatuh. Tetapi lebih baik mencegah bukan daripada tas rusak mencium aspal jalanan.
 |
Angkutan umum elf L300 untuk menuju basecamp Cemoro Kandang. Dari kiri ke kanan : Alki, Kak Daniel, dan Kak Nazrul |
 |
Selamat datang di Pos Pendakian Cemoro Kandang |
Pukul 10.15 kami sampai di pos pendakian Cemoro Kandang 1830
mdpl yang merupakan titik awal pendakian kami. Setelah registrasi dan repacking
kami segera mohon diri untuk pamit mulai mendaki. Petugas memberitahukan bahwa
pada saat itu hanya kami berempat yang naik, wew serem juga yah. Terbayangkan suasana
akan benar-benar hening dan gunung mungkin hanya berasa milik kami berempat
saja. Sebelum mulai mendaki kami membaca beberapa pantangan dan larangan yang
dilakukan di Gunung Lawu. Sebab Gunung Lawu dikeramatkan dan masih memiliki
ikatan dengan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Larangan yang menurut saya
khusus yakni :
- Memakai pakaian berwarna hijau pupus bercorak
gadung, melati, poleng, benang telon dan mretu sewu
- Mengeluh jika menghadapi kesulitan
- Mengganggu makhluk lain.
 |
Larangan dan Jalur Pendakian Gunung Lawu |
 |
Jalur pendakian via Cemoro Kandang |
 |
Full team sebelum memulai pendakian |
|
|
|
 |
Boyband Gunung Lawu |
 |
Tanjakan berupa tanah liat yang licin |
 |
Rumput tinggi saran pake celana panjang daripada gatal |
 |
Pos 1 Taman Sari Bawah |
 |
Plang Pos 1 |
 |
Track awal pendakian sangat landai |
Perjalanan dimulai pada pukul 10.50 dengan vegetasi hutan
pinus yang merupakan daerah ladang penduduk, tanah masih datar dan landai, dan
kami masih berjalan santai. Ditambah kontur pepohonan masih rapat, dan ditambah
semak-semak masih tinggi sekitar 1 meter. Menurut saya pribadi track pendakian
Cemoro Kandang ini mirip dengan jalur pendakian Palutungan menuju Puncak Gunung
Ciremai Jawa Barat.
Selang 1.5 jam berjalan kami sudah sampai Pos 1 Taman Sari
Bawah 2300 mdpl disini ada sebuah warung yang tutup, serta bedeng/bangunan
untuk menginap para peziarah, dan lokasi tanah datar untuk camp yang mampu
memuat 4-8 tenda. Tetapi lagi-lagi saya kecewa karena didalam bedeng/shelter
banyak sampah pendaki yang tidak dibawa turun kembali. Disini kami makan siang
sebentar dengan bekal nasi bungkus yang kami beli di terminal Tawangmangu.
Melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 Taman Sari Atas 2470
mdpl, track mulai naik perlahan tapi pasti dengan diapit oleh pepohonan pinus
gersang yang seolah membentuk lorong. Menurut Kak Nazrul ini merupakan sisa
kebakaran saat musim panas tahun lalu.
Yang membuat saya heran adalah deretan pepohonan pinus ini tumbuhnya
miring bukan tegak. Entah apa penjelasan alamiah mengenai keadaan ini. Pos 2
hanya ditandai oleh sebuah bangunan dengan batas kayu, bisa digunakan untuk
menginap dan berlindung dari terpaan hujan, tapi pasti dijamin kedinginan.
 |
Lorong pepohonan pinus kering sisa kebakaran tahun lalu |
 |
Shelter Pos 2 Taman Sari Atas |
Bergegas menuju Pos 3, disini merupakan jalur terpanjang
hampir ada 2 pos bayangan. Saat melewati jalur ini akan sedikit tercium bau belerang
menyengat yang berasal dari kawah. Yap..Gunung Lawu memiliki kawah tapi berada
dibawah puncak bukan diatas puncak. Sepanjang jalur ini kita akan terus
melewati jurang disebelah kiri. Jurang ini merupakan jurang dalam Parang Gupito
dan Pangarip-arip. Usahakan mendaki jalur antara pos 2 dan pos 3 pada saat
terang, jangan saat gelap. Karena bisa berbahaya sekali dan dikhawatirkan
terperosok ke jurang jika penerangan kurang. Selain itu jalur ini menaiki
gunung dan seolah memutar atau zig-zag.
Disamping jalur yang panjang dan zig-zag, sesekali banyak
terdapat batu besar yang harus dilewati dan membutuhkan pijakan yang kuat. Sekali
salah melangkah bisa terperosok kedalam jurang. Pos 3 berada di ketinggian 2760
mdpl. Disini ada sebuah bangunan/shelter yang lagi-lagi saya menemukan banyak
sampah, kondisi bau, serta lembab. Apakah seorang yang mengaku mencintai alam
tega buang sampah digunung dan membuat lingkungan tak sehat seperti ini?. Waktu
tempuh antara pos 2 dan pos 3 sekitar 3 jam.
 |
Hati-hati melangkah terperosok langsung masuk jurang |
 |
Track menuju Pos 3 disebelah kiri banyak jurang |
 |
Pos Bayangan |
 |
Pos 3 Penggek |
Awalnya kami berencana akan makan besar disini, tetapi
dikarenakan kompor gas mate kami rusak maka yang ada hanya gigit jari. Disini
kami hanya bergantung pada makanan ringan berharap tak ada hal apapun sehingga kami tetap hidup
sampai turun nanti. Tak mau menunggu malam datang kami segera menuju Pos 4.
Selepas pos 3 tak jauh letaknya ada sebuah mata air yang dikeramatkan bernama
Sendang Panguripan. Airnya sangat jernih dan saat diminum melegakan rasa haus
yang mendera. Sekitar sumber mata air banyak terdapat sesajen dan sebilah tikar
yang mungkin habis digunakan untuk bertapa/semedi. FYI tidak disarankan ambil
foto disini yah. Karena dikeramatkan dan dikhawatirkan banyak orbs yang muncul.
Lanjut menuju Pos 4 perjalanan lagi-lagi zig-zag dan seolah
memutar disini sudah banyak batuan kerikil dan batuan besar. Sehingga berasa
sedikit mengganjal sepatu tracking kami. Langit sedikit kelabu tetapi sesaat
kemudian matahari cerah. Kami mendapatkan penutup hari yang lumayan indah,
walau tak cerah sekali. Berfoto sesaat diantara track yang sempit dan disamping
jurang, yang membuat kami sesekali harus memanjat. Di track menuju pos 4 ini
hati-hati ada jalur namanya Ondorante yang berbelok ke sebelah kanan. Sekali
naik ga bisa turun, dan naik butuh tali karmantel, jalurnya cadas oleh bebatuan
dan benar-benar memanjat. Baiknya kita belok kiri dari sini, ada plang tertera
kok yang menunjukkan jalur Ondorante.
Boleh dikatakan perjalanan
dari pos 2 sampai dengan pos 4 melipir jurang, jadi harus ekstra hati-hati.
Pemandangan yang disuguhkan sepanjang menuju pos 4 mirip dengan savanna di
Gunung Merbabu. Satu kata Lawu sama cantiknya dengan Gunung Merbabu. Walau
cuaca sedikit teduh dan kelabu. Tetap tidak mengurangi kecantikannya. Menjelang
gelap pada pukul 6 sore kami sudah sampai di pos 4. Disini ada sebuah bangunan
shelter dan beberapa tanah lapang yang mungkin cukup untuk menampung belasan
tenda. Lagi-lagi shelter dijadikan tempat pembuangan sampah oleh teman-teman
pendaki. Saya sangat kesal melihat sejumlah trash bag teronggok penuh sampah.
Benar-benar tindakan yang tidak bertanggung jawab.
 |
Jalur antara pos 3 dan Pos 4 setengah memanjat |
 |
Banyak persimpangan di jalur antara jalan memutar dan by pass tapi manjat |
 |
Matahari terbenam dari Gunung Lawu |
Rencana awal kami hanya akan beristirahat dan beribadah
shalat Magrib, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju pos 5 atau puncak.
Tetapi kemudian hujan besar diluar dan akhirnya kami memutuskan untuk menggelar
tenda didalam shelter. Tuhan sangat baik, walau kompor kami rusak tetapi ada sebongkah
batang pohon di dalam shelter yang dapat digunakan untuk perapian saat itu, guna memasak dan meneguk
minuman hangat. Diluar hujan makin mengganas, dengan petir tiada henti.
Akhirnya kami memutuskan tidur lebih awal yakni pada saat pukul 8 malam, dan
melanjutkan perjalanan keesokan harinya pada pukul 3 dini hari menuju puncak Hargo Dumilah.
Tengah malam saat tertidur pulas, mendadak kami terbangun
oleh suara angin yang sangat kencang dan mungkin hampir menerbangkan atap
shelter yang berupa seng. Ternyata diluar badai, ditambah beberapa rintikan air
merembes dan masuk kedalam tenda. Kami tak bergeming, dan kemudian lanjut tidur
kembali dengan kedinginan. Hingga akhirnya pukul 3 pagi kami semua bangun dan
bergegas repacking untuk summit attack kepuncak.
Pagi ini dingin menyerang amat luar biasa, terlihat rembesan
air di rerumputan, dan sisa pesona cahaya kelip lampu dibawah sana, ditambah
bintang terang. Ah sangat syahdu, rasanya sangat damai disini, saya ingin lebih
lama ada di puncak ini. Menuju puncak hanya dibutuhkan waktu 1 jam dari Pos 4.
Track masih landai dengan disamping kiri ada jurang pula, hati-hati melangkah
ya. Kami berjalan saat masih gelap, dan jalanan becek sisa hujan semalam.
Menuju puncak jalan makin menanjak, berkerikil, dan batu-batuan sisa lava.
Sedikitharus hati-hati karena jurang di kanan-kiri track.
 |
Matahari terbit dari Gunung Lawu |
 |
Puncak Lawu yang ditutupi kabut |
 |
Mission completed |
Menjelang pagi, kami tidak mendapatkan cuaca cukup cerah
untuk melihat sang matahari terbit, kabut tebal menutupi puncak, hanya sedikit
bidikan gambar matahari yang muncul dari peraduan yang saya bisa dapatkan. Di
puncak Hargo Dumilah saat itu memang cukup ramai orang, tapi mungkin tidak
seramai jika weekend. Karena hari itu adalah hari Senin, dan pada saat itulah
kami bertemu manusia lagi selain kami berempat sejak naik dari pos pendakian Cemoro Kandang satu hari sebelumnya
Puas mengabadikan momen dan berada di puncak, kami segera
turun, track berupa bebatuan terus. Nanti akan ada sebuah persimpangan nah belok kanan menuju Sendang Drajat, dan
belok kiri menuju Hargo Dalem, yang katanya tempat biasa orang meditasi dan
olah batin. Kami memilih langsung menuju Sendang Drajat. Disini ada sebuah
warung dan sumber mata air. Kami memesan makan
pagi berupa mie instan dan telur untuk memulihkan stamina kami yang
kelaparan sejak semalam.Harganya sekitar Rp.7.000/porsi. Mau mesen kopi atau susu juga ada.
 |
Bedeng dekat Puncak Hargo Dumilah |
 |
Sumber mata air Sendang Drajat |
Tepat jam 7.30 pagi kami langsung melanjutkan pendakian
turun. Tak jauh dari Sendang Drajat kami disuguhi pemandangan cantik dan ciamik
dimana gunung-gunung dikawasan Jawa Timur terlihat gagah dengan lautan awan nan
menggoda. Pastinya menggoda untuk didaki, selain itu Puncak Mahameru pun ikut
terlihat dari jauh. Perkiraan waktu turun sekitar 5 jam. Track berupa tangga
batu terus sampai dengan basecamp Cemoro Sewu. Siapkan dengkul anda ya untuk
menuruni track ini.
Track batu membuat saya ampun dj, karena cedera di kaki kiri
saya belum sembuh benar, karena terjatuh tempo hari. Kondisi track pendakian
lewat Cemoro Sewu anak tangga berjejer dengan pegangan di samping kiri. Kondisi
masih dengan pohon dan jurang. Pos 5 3115 mdpl ada sebuah bedeng yang masih
layak untuk dihuni. Bablas jalan terus eh tiba-tiba udah di pos 3 aja dengan
ketinggian 2800 mdpl, disini ada shelter tapi tidak bisa digunakan untuk
bermalam, karena atapnya hanya tinggal rangkanya saja. Anehnya saya tak sempat
melihat Pos 4 berada dimana posisinya. Lagi-lagi Alki narsis pengen
difoto..hadeuh-hadeuh.
 |
Track turun gunung menuju Cemoro Sewu |
 |
Mengabadikan momen diantara pegunungan di kawasan Jawa Timur |
 |
Pemandangan disekitar jalur pendakian Cemoro Sewu dari Sendang Drajat |
 |
Pos 5 jalur Cemoro Sewu cukup luas untuk menggelar tenda |
 |
Gagahnya gunung-gunung di Jawa Timur |
 |
Hey saya berada diatas awan ^_^ |
Lanjut perjalanan menuju pos 2 masih dengan tarck tanggal
batu tapi tidak seterjal dari Pos 5 menuju Pos 3. Sampai Pos 2 2578 mdpl ada
shelter dan didepannya berupa tebing. Lagi-lagi sampah yang dibuang begitu saja
saya temukan disini. Pendakian penuh sampah. Tak lama mengambil gambar, kami
langsung melanjutkan perjalanan. Jarak dari Pos 2 menuju pos 1 inilah yang
lagi-lagi terjauh, membuat mental saya sedikit ciut karena kaki sudah lelah
melangkah. Sudah berkata lelah dan meracau tak karuan gara-gara track yang
panjang, Kak Nazrul terus support saya “Ayoo bentar lagi sampai”.
Pemandangan yang ada berupa tumpukan batu-batu seperti zaman
prasejarah Kak Nazrul bilang sih, tarck sudah mulai mendatar dan landai, tapi
masih berbatu. Berada di track ini, kesabaran benar-benar diuji jauh cuy. FYI
dijalur Cemoro Sewu ini jangan ngetrack sendirian yah, rawan disasarin sama
digangguin sama penghuni Gunung Lawu. Apalagi selepas pos 2 menuju pos 1. Kata
temen saya sih gitu yang orang Tawangmangu asli, kesalahan saya disini adalah
ngetrack sendirian selepas pos 5 hingga pos 2. Jangan ditiru yah…!!! Kalo
nyasar berabe nanti.
Finally sampai juga di Pos 1 tak jauh dari sini ada sebuah
warung, ternyata Kak Daniel dan Alki sudah menunggu selama 1 jam. Tak membuang waktu lama saya segera
memesan makan siang, untuk memulihkan mood yang tak stabil..hahaha.. Jam sudah
menunjukkan pukul 12 siang dan saya
bergegas membangunkan Kak Daniel dan Kak Nazrul untuk turun. Karena kereta
Bengawan berangkat jam 15.30 menuju Jakarta. Takut ketinggalan pastinya.
 |
Tangga batu tiada akhir |
 |
Pos 3 jalur Cemoro Sewu |
 |
Seberapa kuat kamu menghabiskan anak tangga hingga mencapai puncak ? |
 |
Shelter Pos 2 |
 |
Jalur pendakian antara Pos 2 menuju Pos 1 penuh akar melintang dan batu-batuan dengan track landai |
 |
Pos 1 jalur Cemoro Sewu |
 |
Di warung ini kita bisa pesen makanan loh |
Ngetrack menuju basecamp hanya diperlukan waktu 40 menit
saja. Itu pun dengan speed agak cepat. Pemandangan dikanan-kiri berupa hutan
pinus dengan jalanan mendatar berbatu, dan ladang penduduk. Sesekali ada
kawasan rumput yang berukuran cukup tinggi dan diapit pepohonan pinus yang
jarang. Pada saat itu Kak Daniel dan Alki sudah berada jauh didepan, dan jarak
antara saya dan Kak Nazrul terpaut cukup jauh dibelakang. Jalanan menuju
basecamp berupa jalanan menurun terus yang mungkin masuk untuk dimasuki 1
mobil.
Jam 12.40 siang kami telah sampai base camp Cemoro Sewu yang
berada di kawasan Magetan Jawa Timur. Tak membuang waktu banyak kami langsung
mencari kendaraan untuk membawa kami ke terminal Tawangmangu karena waktu sudah
makin sempit. Ada peristiwa dimana saat berada di terminal Tawangmangu sepatu
tracking Kak Daniel ketinggalan di mobil, untung saja dia ingat dan segera
mengambilnya. Tapi ternyata di dalam mobil sudah diambil seorang Ibu paruh baya
yang berumur sekitar 60 tahun, dan dimasukan ke dalam karung miliknya.
Hati-hati teman-teman kadang tampang saja bisa menipu. Didaerah pun penipuan
ada gak cuma di kota besar. Finally sepatunya diambil kembali oleh Kak Daniel,
dan wajah Ibu tersebut pura-pura tidak tahu. Sadis betul yaaa...
Finally jam 15.00 kami sampai di Stasiun Solojebres, langsung
menuju toilet dan mandi tergesa-gesa, sebab kereta berangkat pukul 15.30.
Sangat hectic saat itu. Sesi hetic pun terlewati dan kami langsung menaiki
kereta dan kembali ke Jakarta. Sayonara….
 |
View menuju basecamp dari Pos 1 |
 |
Pos Bayangan sebelum Pos 1 |
|
 |
Ladang penduduk |
 |
Kawasan pepohonan pinus |
 |
Pintu masuk pendakian jalur Cemoro Sewu |
 |
Welcome to Cemoro Sewu |
 |
Peta jalur pendakian Gunung Lawu |
Udah lama pengen ke Gunung Lawu belum sempat juga. Makasih sdh share
ReplyDeleteLina W Sasmita
www.sierrasavanna.blogspot.com
Ayoo mbak naik ke Gunung Lawu , bener-bener cantik kayak Merbabu buat ketagihan ;)
ReplyDeleteLu naek gunung pake celana jeans?
DeleteLawu emang keren dan dinginnya ngalahin gunung lain di jawa
nice story and pict...:D..
ReplyDeletesalam kenal...http://ametsign.blogspot.com/
Salam kenal jugamas bro..
DeleteSuwun
kerenn, bener bener di atas awan
ReplyDeletehehehe..kebetulan cuaca sedang bagus nampaknya
Delete