#3 National Park : Ciremai Mount 3.078 above the sea level (The most beautiful sun set)

Pendakian ini terjadi sekitar tahun lalu pada saat libur Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 24-26 Agustus 2012. Memang sudah lama rasanya saya ingin membagi sedikit cerita yang saya alami dengan teman-teman saya. Pendakian ini terjadi setelah saya sakau gunung nanjak ke gede 2 kali. Rasanya saya yang lahir di Kota Kuningan kok ndak pernah naik ke Gunung Ciremai padahal lahir dan besar disitu. Makanya ketika ada ajakan dari teman saya Farhan via twitter untuk nanjak Ciremai saya langsung mengiyakan karena Gunung Ciremai itu "Top point of West Java with 3.078 meter above the sea level".

Gunung Ciremai itu letaknya di Kabupaten Kuningan yah, bukan Cirebon. terkadang saya suka gemes kalo ada yang mengkaitkan Ciremai dengan Cirebon, padahal itu meliputi 3 wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai merupakan salah satu Taman Nasional karena merupakan salah satu wilayah konservasi. Bentuk wilayah TN Gunung Ciremai cenderung melonjong, dengan sumbu panjang nyaris tepat di arah utara-selatan, dan dengan tiga tonjolan memanjang serupa tanjung di arah utara, barat, dan barat daya. Wilayah ini berada di antara garis-garis bujur 108°21'35"—108°28'00" BT dan garis-garis lintang 6°50'25"—6°58'26" LS. 

Topografinya sebagian besar bergelombang (64%) dan curam (22%), bergunung-gunung, dengan puncak tertinggi pada ketinggian 3.078 mdpl. Jalur Pendakian terdiri atas 3 jalur yakni Palutungan yang terkenal landai, Linggarjati terkenal dengan medan yang paling sulit, dan Apuy Majalengka yang terkenal lebih landai dari Palutungan. Jika diurutkan berdasarkan grade dari yang paling mudah ke yang paling sulit menurut anak pecinta alam dan pendaki : Apuy, Palutungan, dan Linggarjati. Jalur pendakian yang kami pilih adalah jalur Palutungan yang berada di Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Tim pendakian ini terdiri dari 2 wanita dan 6 pria yakni saya sendiri, Ka Nisa, Kang Dany, Farhan, Edi, Asev, Insan dan Bang SloT. Perjalanan ditentukan meeting pointnya di Terminal Cicaheum Bandung, Bang SloT dan Ka Nisa berangkat dari Jakarta menuju Bandung dengan travel, sedangkan kami ber-5 masih dari Bandung, dan Kang Dani orang Kuningan yang saya kenal di forum backpacker. Sebagian besar dari kami adalah newbie yang sedang menggilai gunung, yang udah biasa nanjak Farhan dan Kang Dani. Akhirnya pada 24 Agustus 2012 sekitar jam 8 pagi kami berangkat menggunakan Bus Damri dengan tiket Rp.40.000 menuju Kuningan, sekitar pukul 2 siang sampai di Terminal Cirendang. Jarak tempuh Bandung-Kuningan sekitar 6 jam. Kemudian menyewa angkot 09 jurusan Terminal Cirendang - Cigugur sebesar Rp.70.000. 

Saran saya disini jika teman-teman mau carter angkot pilihlah yang merupakan trayeknya sehingga harganya tidak akan begitu mahal. Selain itu untuk teman-teman yang akan naik jalur Linggarjati bisa minta diturunkan di gerbang masuk pertigaan Linggarjati dari Bus Damri arah Bandung atau Bus Setianegara dari arah Jakarta. Perjalan menuju base camp Palutungan sekitar 45 menit.  

Sekitar 1 jam kami habiskan untuk repacking, makan, shalat Ashar dan mengurus administrasi. Biaya masuk kawasan konservasi Gunung Ciremai sekitar Rp.7.000. Tepat pukul 4 sore setelah melaksanakan ibadah Shalat Ashar kami bersiap ngetrack menuju Pos 1 Cigowong. Tracknya pertama masih landai dengan sekeliling dipenuhi perkebunan sayur penduduk, dan kandang sapi. Disini kita akan melalui jalan setapak nanti akan ada persimpangan kita harus mengambil ke arah kanan, jika ke arah kiri akan ke kandang sapi milik penduduk sekitar.

 Masih berupa daerah terbuka. Jarak  yang ditempuh untuk menuju Pos 1 Cigowong 1450 mdpl sekitar 2,5 jam dengan jalan santai dan ngesot. Seperti biasa saya berada di barisan paling belakang. Keadaan sekeliling masih ladang dan semak-semak tinggi berukuran 2 meter. Untuk yang melakukan pendakian malam hati- hati karena kadang masih ada harimau berkeliaran untuk cari makan. Kami tiba di Cigowong sekitar pukul 18.30 dan bergegas Shalat Magrib dan beristirahat sejenak serta mengisi perbekalan air. Cigowong merupakan sumber mata air terakhir sebelum puncak di Goa Walet yang kayak air apabila musim hujan tiba. Sumber mata air di Cigowong berupa sungai yang mengalir dan ada pula shelter berupa WC tetapi tidak cukup layak untuk dipergunakan. Disini terdapat tanah datar yang muat menampung sekitar 15 buah tenda.

Ladang penduduk menjadi salam pembuka
Pemandangan arah lepas pantai ke Kota Cirebon dan Kota Kuningan



Track mulai sedikit nanjak menuju Pos I Cigowong

Setelah beristirahat sekitar 1 jam pada pukul 19.30 kami melanjutkan perjalanan kembali dalam kondisi malam yang hening dan ditemani suara jangkring dan tonggerek. Lagi-lagi saya berada dibarisan paling belakang dan bulu kuduk terasa berdiri dan sedikit takut. Track terasa mulai menanjak ketika mulai memasuki pos 2, pos 2 hanya berupa tanah datar sempit yang hanya cukup untuk 1 tenda berdiri. Kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Pangguyangan Badak 1800 mdpl, disini cukup untuk mendirikan sekitar 5 tenda. Awalnya target kami camp di Pos 5, tetapi kondisi tim sudah mulai drop dan kelelahan, akhirnya kami memutuskan untuk menggelar tenda disini dan menyiapkan makan malam. Jarak tempuh dari Pos 1 Cigowong ke Pos III Pangguyangan Badak sekitar 1,5 jam. Sekitar pukul 10.30 malam kami sudah terlelap ditemani syahdunya suara angin dan sesekali kicauan burung hantu malam.
Pos III Pangguyangan Badak 1800 mdpl

Kondisi camp saat pagi hari

Masak makan pagi

Hari ke-2 Sabtu 25 Agustus 2012 kami bangun pagi sekitar pukul 5, melaksanakan ibadah shalat Shubuh kebetulan kami muslim semua, dan masih menikmati lingkungan sekitar sambil hunting foto dan mempersiapkan makan pagi. Tepat pukul 9.30 setelah repacking dan makan pagi, kami mulai melanjutkan perjalanan dengan target sebelum senja sudah harus sampai di Goa Walet. Tim advance berangkat terlebih dahulu yakni Farhan dan Kang Dani, sedangkan seperti biasa saya ngesot paling belakang dengan Ihsan. Tim terpecah menjadi beberapa kelompok, dan saya berada di kelompok paling ngesot alias tim keong.

Mulai memasuki Pos IV Tanjakan Asoy disini track mulai menanjak tapi masih dikelilingi oleh hujan hutan tropis, dan pepohonan masih rapat. Untuk mencapai Tanjakan Asoy dibutuhkan waktu sekitar 2 jam. Disini terdapat tanah datar. Jalur Tanjakan Asoy berupa jalur air yang berupa turunan curam, pada saat musim hujan mungkin akan seperti sungai kecil, tetapi pada waktu itu debu lumayan tebal. Disarankan untuk menggunakan masker dan sarung tangan karena ditengah track sesekali memanjat pohon yang tumbang atau untuk berpegangan pada akar pepohonan.

 Lanjut menuju Pos V Pasanggrahan yang dipenuhi oleh vegetasi Cantigi dan edelwise. Daerah batas vegetasi mulai terlihat dan daerah mulai terbuka. Jika pendakian dilakukan pada musim kemarau manajemen air harus benar-benar diperhatikan, karena kondisi terik dan panas sehingga lebih cepat dehidrasi. Baiknya tiap pendaki setelah lepas dari Cigowong membawa air minimal 3 liter.
Track menuju Pos IV Tanjakan Asoy

Pos IV Tanjakan Asoy 2200 mdpl

Full team sedang beristirahat

Batas Vegetasi Hutan dan Track menuju puncak

Sedikit lagi menuju puncak

Pos V Pesanggrahan merupakan daerah yang terbuka, pepohonan sudah mulai menipis. Disini mulai dirasakan dehidrasi, kebetulan saat pendakian itu tengah hari dengan matahari tepat berada diatas kepala. Hanya ranting-ranting dan semak-semak yang ada di kanan kiri. Jarak waktu yang dibutuhkan sekitar 30-60 menit untuk menuju Pos V. Selepas Pos V menuju Pos VI Sang Hyang Ropoh track mulai menanjak hampir kemiringan 60 derajat, didominasi batu-batuan vulkanik seperti sisa muntahan pada saat kawah meletus, yang berwarna kekuningan bekas muntahan lava belerang. Disini kita harus climbing dan memanjat kelompok batuan besar.  Hampir tidak ada ruang terbuka hijau. Ditambah debu, jadi masker sangat wajib. 


Untuk yang berniat memakai tracking poll dijalur ini lupakan saja, karena pengalaman saya sendiri naik batu, tracking poll dilempar, kemudian diambil lagi, naik lagi, lempar lagi, sehingga hanya menyusahkan saja. Pada track ini dibutuhkan stamina, kekuatan tangan untuk memanjat dan kaki untuk berpijak. Maka dipastikan harus menggunakan sepatu tracking yang kuat dan nyaman, karena banyak terdapat batuan kerikil berukuran besar-besar. Pos VI Sang Hyang Ropoh apabila musim hujan menjadi sangat licin dan berupa jalur air mengalir pula.
View lepas ke arah gunung-gunung di sebelah Barat. Terlihat pegunungan di Kota Garut Papandayan yang memanjang, dan Gunung Cikuray yang berbentuk Piramida atau kerucut.

Track menuju Pos VI Sang Hyang Ropoh

Track berupa jalur air
Selepas Pos VI jalur semakin menanjak, dan ditengah jalan terdapat persimpangan yang disebut dengan Simpang Apuy, yang apabila arah menuju Puncak kita ambil ke sebelah kiri akan menuju Jalur Apuy di Kabupaten Majalengka. Tak jauh dari plang ada sebidang tanah datar yang dapat digunakan untuk beristirahat. Perjalanan dari Simpang Apuy menuju Goa Walet saya habiskan sekitar 2 jam, dengan kondisi track yang masih sama bebatuan dan debu. 

Sekitar pukul 4 sore saya sampai di Goa Walet 2950 mdpl dimana Edi, Farhan, dan Kang Dani telah mendirikan camp terlebih dahulu. Sengaja kami memilih mendirikan tenda dibawah plang tulisan Goa Walet, dengan pertimbangan untuk summit attack nanti kami tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk naik ke Puncak, dibandingkan jika kami camp di Goa Walet kami harus turun terlebih dahulu dan membutuhkan waktu 1 jam lebih panjang. Selain itu informasi yang kami dapat dari teman-teman pendaki lainnya, pada saat ini sumber mata air di Goa Walet sedang kering. Lahan yang kami tempati cukup untuk mendirikan 3 buah tenda, tetapi dengan kondisi miring. Keadaan sekeliling sudah banyak edelwise yang sedang bermekaran. Tetapi cukup melindungi kami dari terpaan angin kemarau yang dingin dan menusuk tulang.
Pos VII Goa Walet 2.950 mdpl

Tempat kami mendirikan Tenda
Setelah menaruh tas di tenda kemudian saya menikmati senja diatas ketinggian 2.950 mdpl, dan menurut saya ini adalah permadani matahari terbenam yang paling indah yang pernah saya lihat, dan di gunung manapun saya belum pernah melihat seindah ini seperti di Gunung Ciremai. Kali ini menjadi ajang narsis bagi kami untuk mengabadikan momen yang langka tersebut dan tidak mungkin kami temui setiap hari saat berada di peradaban. Sampai pukul 6.30 sore kami menikmati sun set yang cantik dan memanjakan mata kami dengan siluet jingga.
Beautiful Sun Set

Permadani matahari terbenam dengan pemandangan lepas gunung-gunung di Kota Garut dan Bandung

Gagahnya pegunungan di ujung barat Gunung Ciremai

Senja cantik yang tak terlupakan

Puas berfoto ria karena matahari telah terbenam kami kemudian turun ke tenda untuk berganti baju, ibadah malam, dan mempersiapkan makan malam. Malam kami diiringi dengan obrolan hangat bagaimana kami tidak percaya ada mendekati Puncak Gunung Ciremai sambil ditemani bintang bertaburan di langit sana dan city light view dari arah Kota Kuningan dan Kota Majalengka. Setelah kantuk melanda kami bergegas tidur untuk persiapan summit attack besok pagi. Pada saat itu saya sendiri tidur menggunakan beberapa lapis pakaian dari mulai cardigan, jaket, jas hujan, hingga sleeping bag karena udara sangat dingin. Malam itu terasa benar-benar syahdu iringan suara angin berdesir dan purnama penuh menutup hari kami dengan sangat indah. Rasa syukur tak henti-henti saya dan teman-teman ucapkan pada Tuhan Sang Penguasa Alam. Oh iya sebagai tambahan informasi sinyal Indosat dari Pos 3 sampai Goa Walet masih oke banget. Malah saya sempat telpon ibu saya, dan kerennya lagi frekuensi radio Ardan yang berpusat di Bandung masih ketangkap :D

Hari ke-3 26 Agustus 2012 pukul 04.00 kami semua sudah bangun dengan harapan mendapatkan pemandangan yang spektakuler di puncak nanti. Tapi badan ini masih enggan untuk melepaskan sleeping bag yang memberikan kehangatan kepada kami, sehingga baru pukul 04.30 kami benar-benar melepaskan sleeping bag dan mulai mendaki ke puncak. Kami ber-7 summit attack kecuali Ka Nisa yang ingin tinggal di tenda saja. Sudah siap dengan kompor dan kopi untuk diseduh di puncak nanti kami mulai menapaki track bebatuan sekitar 45 menit, dan kondisi masih remang-remang saat itu. Akhirnya kami sampai di puncak pada pukul 5.20 disebelah timur sana terlihat Puncak Gunung Slamet berdiri gagah memberikan senyuman pembuka summit attack kala itu. Disebelahnya berjejer Gunung Sindoro dan Sumbing. Ahh..rasanya mereka memanggil-manggil untuk saya daki. Kemudian kami shalat Shubuh di puncak sana, sungguh kami merasa sangat kecil dihadapan Tuhan yang Maha Kuasa, betapa tak dapat lagi kami berkata-kata kecuali hanya mengucap alhamdulilah dan sederet doa kagum atas pemandangan yang kami terima dan lihat pada saat itu.
Track bebatuan menuju Puncak dari Goa Walet
Kaldera Kawah Gunung Ciremai

Matahari terbit dari timur

Ketika manusia merasa kecil dihadapan Sang Pemilik Alam

Lautan awan

Disini kita berada di puncak tertinggi Jawa Barat 3078 mdpl

Setelah puas menikmati summit attack dan manjanya matahari pagi tepat pada pukul 7.30 pagi kami turun dari puncak menuju Goa Walet. Perjalanan turun membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja. Setelah itu kami menyiapkan makan pagi, bongkar tenda, dan turun gunung. Pukul 10 tepat kami bersiap turun. Kala itu saya menjadi solois dari Pesanggrahan sampai dengan Pangguyangan Badak. Agak serem sih takut nyasar, tapi ya nikmatin saja sambil ditemani telponan dengan teman saya sehingga tidak sendirian dan merasa sepi..hehehe..jangan ditiru ya teman-teman. Saya tidak berani istirahat di pos seorang diri karena katanya ada yang nunggu. Akhirnya saya hanya beristirahat di tanah lapang diantara pos satu dan pos lainnya. Track pada saat saya turun sampai dengan pos V membuat saya sedikit emosi dan tak sabar karena track batuan licin dan debu, ditambah harus memikul beban di kaki, dan sesekali harus main perosotan. Jarak waktu turun dari Goa Walet sampai Pos pendaftaran jalur Palutungan sekitar 6 jam. Baru pukul 3 sore saya sampai. Alhamdulilah pendakian kali ini kami semua dalam kondisi sehat dan selamat. Thanks To Allah SWT yang telah melindungi kami semua dan membuktikan kebesaran dan keagungan-NYA yang tiada tara.
See you next time

How I love this mountaineering time

Sumber :
-wikipedia
-catatan pribadi
-dokumentasi pribadi

Untuk teman-teman yang mau melakukan pendakian dan menanyakan kondisi serta cuaca di jalur Palutungan dapat menghubungi:

Pak Sardi 081312066111


Akses menuju Gunung Ciremai dapat dijangkau dengan : 
Jakarta
  1.  Menggunakan Kereta Argo Jati jurusan Stasiun Gambir-Stasiun Cirebon dengan harga tiket bisnis Rp.80.000 dan Rp. 125.000 untuk tiket eksekutif. Pilihannya bisa dengan carter kendaraan pribadi menuju Pos Pendakian Palutungan atau Linggarjati seharga Rp.200.000-Rp.300.0000. Atau ngeteng pake angkot ke Terminal Cirebon dan menggunakan Elf menuju Kuningan seharga Rp.10.000 
  2. Bus Setianegara jurusan Jakarta Kp.Rambutan-Kuningan non AC sekitar Rp.50.000-Rp.70.000/orang.
Bandung
Menggunakan Bus Damri jurusan Terminal Caheum (Bandung) - Kuningan sebesar Rp.40.000 (tarif baru pasca Lebaran)

Untuk jalur pendakian
1. Linggarjati
Minta diturunkan di pertigaan Linggarjati. Naik angkutan desa 5rb menuju Desa Linggasana (Gedung Bersejarah Perjanjian Linggarjati) dan ngojeg 5 rb ke base camp Linggarjati.
2.Palutungan 
Minta diturunkan di Terminal Cirendang naik angkot 09 jurusan Cirendang-Kuningan Kota   (angkot warna kuning gading), minta diturunkan di pertigaan Cigugur-Cisantana. Kemudian beralih menggunakan angkot 016 jurusan Cisantana-Kota (warna biru putih) atau bisa juga ngojeg dengan tarif Rp.10.000 dari pertigaan.
 
Semoga catatan perjalanan ini cukup membantu teman-teman yang akan melakukan pendakian ke Gunung Ciremai via jalur Palutungan.

Comments

  1. ta....

    ejie suka deh cara nulisnya. informasinya cukup. ejie nangkep apa yg ta ingin sampaikan.

    saran yah, penulisan dalam blog itu, dalam 1 paragraf jgn kepanjangan ta.. karena pada saat baca, mata jadi pegel ngeliat 1 paragraf yg panjang.
    *pernah baca penulisan utk blog :)

    dipisah aja, ta biar ngga kepanjangan.

    eniwey, tengs infonya ta :D

    mampir disini yah...
    http://ejiebelula.wordpress.com/

    ReplyDelete
  2. hehe..oke ka ejie makasih buat saranya maklum lagi belajar nulis..mohon bimbingannya yaaa mbak yuuuu

    ReplyDelete
  3. wuuihhh . . ajiib bener . . catetan ma foto2nya 4 jempolz . . sanget bermanfaat sekali . . . share ya catatan2 lainnya . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matun nuwun mas, biasa sajaa..

      Jika Tuhan berkenan, nanti akan dishare catper kegiatan lainnya, hanya tinggal nyari waktu yang pas aja buat blogingnya :)

      Delete
  4. Siiipppp keep posting ya,
    Suatu nilai dalam hidup yg membuat diri kita berarti adalah suatu karya, Berkarya dalam hidup itu indah,,

    cherrr,,,,

    ReplyDelete
  5. Iya mas keep bloging, keep traveling, and keep mountaineering :)

    ReplyDelete
  6. tetap menulis dan berbagi cerita..

    ReplyDelete
  7. Aduh.. saya ngiler berat. Thanks for sharing this. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)