#National Park 4 : Adrenalin Bermain di Pendakian Gunung Merapi 2968 mdpl

Gunung Merapi siapa yang gak kenal sih?. Gunung yang sempat meletus dan meluluhlantahkan lava dan magma yang heboh pada beberapa tahun yang lalu, dan menebarkan abu vulkanik hingga kawasan Kota Yogyakarta. Selain itu Gunung Merapi, merupakan gunung paling aktif didunia. Ketinggian 2.968 meter diatas permukaan laut nampak gagah terlihat meliputi dareah Sleman (Yogyakarta), Magelang, Klaten, dan Boyolali. Gunung Merapi tidak ditumbuhi vegetasi tumbuhan karena aktifitasnya yang tinggi. Jalur pendakian terkesan gersang. Ada dua jalur pendakian yakni lewat Kaliurang dan New Selo. Tetapi jalur pendakian Kaliurang sudah hancur karena erupsi beberapa waktu lalu. Jadi hanya lewat Jalur New Selo lah Gunung Merapi bisa didaki.

Rencana untuk nanjak Merapi sudah terealisasi sejak Januari 2013, awalnya saya berencana akan naik ber-4 dengan Naza, Ghera, dan Bang Irwadi. Tetapi karena satu dan lain hal dibatalkanlah. Kemudian ada satu makhluk gaib yang bernama Bang Nazrul sebelumnya cuma kenal di FB, nawarin nanjak dengan slot 1 tiket kosong. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan. Akhirnya disepakati kita nanjak Merapi tanggal 9-12 Maret 2013.

Sabtu 9 Maret 2013 bergegaslah saya dari rumah di bilangan Cibubur menuju Stasiun Senen pada jam 4 sore. Menggunakan moda transportasi bus way jam 18.00 masih dikawasan Cililitan sedangkan kereta berangkat pukul 19.30  tetapi harus urus tiket, finally dengan hecticnya minta bantuan sama Den Herman buat anter sampai Senen..hehehe.. Thanks for helping me, i arrived on time :D

Dapet jackpot pertama disini, Bang Nazrul bilang katanya tiket udah aman dan saya tinggal berangkat saja. Nyatanya tiket tidak bisa dibalik nama, alhasil dengan taktik mau direfund dan dibeli lagi lah. Berpindah dari loket 15, 16, 3, dan 4 ternyata tidak bisa diproses karena aturan baru. Lebih nyeseknya lagi loket tutup teng jam 7 malem, padahal antrian di depan saya hanya tinggal 3 orang lagi...Dududu...rada puyeng nih kepala.

Menggunakan rencana ke-2 beli tiket commuter line, biar saya bisa masuk ke dalam stasiun. Nanti keril saya Bang Hari yang bawain, karena tiket saya atas nama dia. Berjalan lancar lah semua tim masuk ke dalam stasiun. Kereta berada di jalur 3, sedangkan saya masuk di jalur 4. Informasi yang saya dapet dari Bang Nazrul susurin aja terus sampai mushala nanti nyebrang jalur. In fact dipager tembok, jadi saya gak bisa melintas dari Jalur 3 ke jalur 4. Keadaan bertambah hectic, yang buat saya nyesek itu adalah bukan nanti gagal nanjak Merapi kalo ketinggalan kereta, tapi keril saya ada di dalam kereta. Semua isi dan gears alat nanjak disana semua.

Nekat nyebrang ke jalur 1 sambil saya telpon Bang Nazrul, saya kaget begitu ada 2 orang security di jalur 1 sedang duduk dan memergoki saya lintas jalur. Bersikap seolah tenang, tetap berjalan lurus, sambil telpon Bang Nazrul, padahal mah hati deg-degan berat. Sukses melewati 2 orang sekuriti tadi saya duduk menunggu Bang Nazrul, berhasil lah saya ketemu dengannya, dan waktu makin sempet berlari-larilah kami mencari pintu keluar. Sempet diintrogasi petugas, karena tiket saya sudah dihekter sebelumnya Bang Nazrul bilang saya sudah ke WC dulu. 

Berhasil keluar Bang Nazrul membeli tiket commuter line. Kembalilah kita masuk ke area jalur dan nyasar lagi ke jalur 4. Waktu makin mendekati pkul 19.30 menunjukkan kereta akan segera berangkat, makin heboh dan hectic lah saya dan Bang Nazrul berlarian. Kebetulan ada toko diantara jalur 3 dan jalur 4 langsunglah kita menerobos masuk kesitu. Si pemilik toko dengan hecticnya " Sampean siapa, mau apa? Kalo ke foto nanti saya yang ketahuan petugas dan kena damprat". Akhirnya Bang Nazrul menjelaskan "Kita mengejar kereta bu berangkat sebentar lagi, ini tiketnya". Sooo.. setelah si pemilik toko percaya dan melihat tiket kami dipersilahkan melewati tokonya. Thanks God saya dan Bang Nazrul sudah masuk kereta dengan ngos-ngosan. 

Malam itu resmilah saya menjadi penumpang illegal, ahahaaa... kejutan lagi-lagi datang saat akan pemeriksaan tiket dalam kereta. Diakali dengan menggabung semua tiket untuk diperiksa dan dihekter petugas, semua berjalan normal. Kemudian saya pun dapat tidur tenang menuju Solo. Tetapi semalaman suntuk ada kejadian yang membuat kami terkikik-kikik, suara ngorok Bang Roni memenuhi isi gerbong, dan membuat saya terbangun tak sengaja beberapa kali. Ditambah Bang Roni menempati kursi hotel bintang lima, alias jatah kursi untuk duduk 3 orang, dia tiduri sendirian sambil terlentang. Tiga orang penumpang yang ada didepannya hanya bisa mupeng liat Bang Roni menuju surga kapuk dengan damainya.

Hari kedua Minggu 10 Maret 2013 pukul 7.00 WIB kami sampai di Stasiun Solojebres. Menghabiskan waktu 1,5 jam untuk beristirahat, belanja logistik, dan sekedar repacking. Pukul 8.30 kami bertolak menuju Terminal Tirtonadi untuk menuju Boyolali menggunakan bus. Menggunakan bus umum dengan tarif Rp.3.000 selama 30 menit akhirnya pukul 9.00 kami sampai di Terminal Tirtonadi. Membayar retribusi Rp.1.000. Pukul 9.00 kami menuju Boyolali dengan bus antar kota seharga Rp.15.000 per kepala.
Suburnya tanah Jawa selama perjalanan menuju Solo


Full team dari kanan ke kiri : Alki, Dimas, Bang Roni, Aya, Deni, Bang Sulthon, Emak Dian, Bang Nazrul, Mbak Kanti, Ka Opi, Ka Wida, Rabai, Ka Ari.
Menempati posisi paling belakang bersama Ka Wida, Emak Dian, dan Ka Opi saya berhasil terkantuk-kantuk ajojing disko selama 1 jam. Akhirnya jam 10.00 pagi kami sampai Boyolali. Dengan perut kelaparan kita memutuskan untuk makan pagi sambil menunggu temannya Rabai datang dari Semarang. Disini nih saya kurang suka sama si penjual warungnya, mentang-mentang tahu kita dari Jakarta. Apa-apa dimahalin masa saya makan nasi, sama telor dadar plus teh manis anget Rp.12.000, padahal di warteg Rp.6.000 juga bisa. Jadi yang bawel yah kalo nego harga makan disini.

Senyum ceria di bus menuju Boyolali
Gerbang menuju New Selo-Boyolali

Turun dari elf
 Pukul 11.00 setelah selesai makan, kita bertolak menuju New Selo dengan elf dengan harga Rp.10.000/orang. Sebagian anak laki-laki di pendakian kami berdiri karena bus penuh. Lagi-lagi ada insiden, Mbak Kanti ketinggalan tas dan ponselnya di warung tempat makan tadi. Alhasil balik lagi lah ke warung tadi, dengan alhamdulilahnya pak supir elf mau anterin. Karena kalo nunggu elf lewat lama lagi. Perjalanan menuju New Selo berlangsung selama 1 jam, dengan jalanan yang berkelok-kelok dan udara dingin pegunungan mulai terasa aduhai menggoda iman. Jam 12.00 kami sampai di Joglo Merapi-Lencoh daerah Selo.

Joglo Merapi
Pemandangan sekeliling Joglo Merapi dengan background Gunung Merbabu
Di Joglo Merapi ini terasa sekali atmosfir khas Jawa, dengan balai-balai berundak dan juga sebuah joglo mungkin sebagai balai untuk pusat kegiatan desa. Imajinasi saya bermain bagaimana riuhnya dan syahdunya apabila digelar pertunjukkan malam hari seperti sendratari atau wayang golek. Ditambah dengan udara pegunungan yang dingin, rasanya betah njoo lama-lama di joglo.

Kata Bang Nazrul kita masih harus jalan menuju New Selo, Oh big no..no !! Saat saya lihat medannya nanjak dengan tanjakan ampyunn.. Begitu pun cewe-cewe udah ga kuat, mendingan sewa pick-up lah. Akhirnya saya dan Ka Opi turun ke bawah dan dapatlah sewa pick up seharga Rp.40.000 dgn sistem carter sampai New Selo. Jam 13.20 setelah selesai solat Dzuhur dan makan siang, serta membeli air mineral kami bertolak menuju New Selo dari Joglo. Hanya 20 menit perjalan menuju New Selo dengan tanjakan curam. Setelah membayar SIMAKSI sebesar Rp.2.000/orang dan berdoa pukul 13.45 kami memulai pendakian.


Menuju New Selo

Before tracking time
Kondisi sewaktu awal pendakian masih cerah walau sedikit mendung. Dibuka dengan tanjakan tiada bonus, dan sedikit pepohonan. Yang ada di kanan dan di kiri hanyalah ladang milik penduduk. Karena musim hujan kebetulan jalan setapak berupa tanah liat kecoklatan, yang sangat licin dan merupakan jalur air. Apabila pendakian dilakukan saat musim kemarau, debu menjadi teman setia perjalanan. Track New Selo merupakan track yang paling parah untuk saya selama melakukan pendakian, sebab sedikit lapak untuk menggelar tenda dan jurang dikanan-kiri jalur pendakian.
Salam pembuka tanjakan tiada henti ga ada bonus
Selama mendaki 2 jam hingga pukul 16.00 cuaca masih teduh tidak hujan. Kemudian hujan datang rintik-rintik dan makin membesar. Tim akhirnya terpecah menjadi 2 yakni dibagian depan 8 orang dan dibelakang 7 orang. Jarak diantara kami terpaut cukup jauh. Medan yang semakin berat dan menanjak dengan track bebatuan dan daerah terbuka, serta mendadak jalur pendakian berubah menjadi sungai. Hampir 2 jam berlalu kami terus menaiki punggungan bukit berbatu, yang mengakibatkan kami harus memanjat dengan kondisi hujan deras. Kami terus berjalan, sebab apabila kami berdiam dingin mulai melanda dan dikhawatirkan akan mengalami hipotermia. Tak ada tanda-tanda lapak untuk menggelar tenda. Waktu hampir menunjukkan pukul 18.00 dan tanda solat magrib. Kami memutuskan untuk segera membuka tenda.

Tim terus berjalan dan sudah memasuki Pos 2 Watu Gede, kondisi saat itu sudah hampir terlihat kawasan Pasar Bubrah, dan menurut saya itu merupakan batas vegetasi. Angin lembah makin terasa menusuk tulang dan sudah seharusnya kamu buka camp. Lokasi yang sedikit pepohonan menahan angin, maka kami kembali ke posisi awal untuk nenda yang lokasinya agak terlindungi pepohonan edelwise yang belum mekar. Kami segera menggelar 2 tenda pada pukul 18.45,, tak lama setengah jam berselang tim ke-2 datang, Bang Dimas katanya sempat keram kakinya. Setelah semua tim berkumpul tenda yang berdiri ada 4, dan kami memasak makan malam.

Hujan sesaat berhenti dan langit mulai cerah. Terlihat di seberang sana Gunung Merbabu berdiri dengan gagahnya. Bintang nampak malu-malu terlihat. Malam itu saya habiskan dengan obrolan panjang psikologi antara Bang Nazrul, Bang Dimas, dan Deni hingga kita tertawa terbahak-bahak. Ditutup dengan sajian nasi goreng buatan Bang Nazrul membuat malam kami semakin lengkap.

Pukul 22.30 kami bergegas tidur, tapi sampai jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WIB kami belum terlelap semua. Dari ujung tenda Bang Roni memanggil-manggil bertanya apakah ada yang lewat. Tetapi kami semua dalam tenda diam. Kalo kata Bang Nazrul pas sudah sampai bawah kalo jawab takutnya itu memedi alias makhluk halus. Tenda Bang Roni berada di paling ujung, katanya saat itu seperti ada orang yang lalu lalang seperti sedang mengintai kami, dan menggunakan senter. Entahlah sang penunggu tempat itu tau bukan. Yang pasti bila memang pendaki yang akan lewat menuju puncak, mereka pasti mengucapkan salam dan kata permisi. Tetapi ini ketika dipanggil siapa tidak menyahut sama sekali. Kondisi ini berlangsung hingga jam 3 pagi keesokan harinya, sehingga membuat teman-teman yang berada di tenda Bang Roni begadang dan gak bisa bobo.

Malam itu kami berempat belum bisa tidur dengan lelapnya. Karena Bang Nazrul kedinginan dan sempet mengigil dan gak pake sleeping bag. Sampai baru jam 3 pagi kami baru bisa tertidur dengan lelap hingga pukul 5.30 pagi setelah Bang Nazrul mengambil sleeping bag-nya di tenda Bang Roni. Rencana kami untuk summit attack ke Pasar Bubrah tidak terlaksana. Karena kesiangan dan pelor semua. Akhirnya kami hanya menikmati summit attack dari tempat kami camp.

Menikmati matahari terbit hingga pukul 7.00 pagi dengan view Gunung Merbabu  yang terlihat sangat cantik, membuat kami seolah terkesima. Pukul 7.00 sampai 7.45 kami sarapan dan mempersiapkan diri untuk menikmati puncak. Mencuri start duluan setelah saya sarapan langsung menuju Pasar Bubrah dengan membawa kamera dan air mineral saja. Saya sadar karena kalo barengan dengan tim yang lainnya pasti saya berjalan lelet sekali, dan sudah dipastikan berada di barisan paling belakang. Awalnya cuaca cerah tapi lama kelamaan kabut. Sampai di Pasar Bubrah kondisi makin berkabut dengan jarak pandang hanya 1 meter, tim memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan sampai ke Puncak karena alasan keselamatan dan jalur rentan nyasar.

Acara sesi makan malam

Selamat pagi dari Gunung Merapi
Jam 9.30 pagi kami turun dari Pasar Bubrah menuju tempat camp, perjalanan ditemani dengan guyuran air hujan dengan intensitas yang semakin tinggi. Kami bergegas masuk tenda dan masak lagi sosis bakar serta mie goreng. Kondisi makin kacau dengan tenda yang kebanjiran. Kami saat itu sudah tidak peduli karena badan kedinginan, yang penting kami merasa hangat dan tidak kelaparan.

Hujan masih mengguyur hingga jam 11.00 siang tetapi berangsur-angsur reda. Kami keluar tenda dan bersiap packing ulang untuk turun. Pukul 11.45 kami mulai turun. Nah ini lagi-lagi jalur turun Gunung yang paling tidak saya suka. Licin, harus menahan beban berat dan dengkul sakit. Saya kira pendakian saya ke Gunung Cikuray tempo hari jauh lebih parah. Tetapi Gunung Merapi jauh lebih ekstrim. Sampai jam 13.30 kami turun di tugu selamat datang batas antara hutan dan ladang penduduk. Disini kami beristirahat cukup lama dengan masak makan siang, bermain 5 pancasila dasar, domikado, hingga yang kalah harus makan roti saus saja. Bang Nazrul disini licik, ngasih ide tapi ga mau kena hukuman.Alki dengan Bang Sulton mungkin sudah sampai base camp, karena mengejar bus. Ahh... ramai sekali saat itu, hingga membuat kami tertawa terpingkal-pingkal hingga sakit perut.

Team saat summit attack dekat lokasi nenda
Gunung Merbabu terlihat anggun dari Pos 2 Watu Gede


Lokasi tenda


Pendakian yang tertunda menuju puncak Merapi saat kabut tebal dan cuaca rintik-rintik
Yuk makan lagi :)
Batas vegetasi jalan menuju Pasar Bubrah
Pukul 14.20 sampai 15.00 kami tracking lagi menuju base camp karena kasihan  Alki sudah menunggu seorang diri, karena Bang Sulthon pulang duluan ke Jakarta menggunakan bus. Alhamdulilah kami semua sampai base camp dengan selamat, sehat walafiat tidak kurang suatu hal apapun. Menunggu 1,5 jam untuk dijemput pick up dan menginap di rumah Mbak Kanti yang kebetulan orang Boyolali asli, kami menghabiskan waktu dengan foto-foto after dengan muka kucel dan bauk biuk :)

Jam 16.45 kami dijemput dan diantar ke rumah Mbak Kanti oleh pick up yang mengantarkan kami ke New Selo sebelumnya. Begitu baru datang saya terkesima dengan rumah Mbak Kanti suasanan etnik Jawa langsung terasa dengan halaman yang luas. Turun dan mengangkut keril masing-masing kami beristirahat di panggung dalam rumah Mbak Kanti. Sederhanan tapi apik tenan. Disitu pulalah kami beristirahat pada malam harinya. Setelah sebelumnya dimanjakan oleh masakan rumahan dengan menu sayuran segar yang langsung dipetik dari kebun. Ah betapa syahdunya dan nikmatnya kala itu.

Team setelah turun gunung

Suasana makan pagi di rumah Mbak Kanti
Keesokan paginya 12 Maret 2013 setelah sarapan pagi sebagian teman-teman memilih untuk menjemur gears yang basah. Alhasil pekarang rumah Mbak Kanti mendadak jadi jemuran masal, dan sebenarnya dengan gears yang ada bisa jadi pasar kaget dadakan juga tuh..hehehe..tetapi saya, Rabai, dan Mbak Widha berniat eksplore sekitar rumah Mbak Kanti dan kami mendapatkan beberapa foto cantik khas suasana alam pedesaan yang tenang dan damai dengan latar Gunung Merbabu.

Gunung Merbabu dilihat dari perkampungan warga


Foto hunting selesai, kami kembali pulang bersiap repacking dan menuju ke Solo untuk pulang kembali ke Jakarta. Setelah beramah tamah pada keluarga Mbak Kanti akhirnya pukul 10.00 kami pamitan pulang dari Boyolali menuju Solo. Sampai Solo sekitar pukul 12.00 kami memutuskan untuk makan siang dan belanja sebentar di Pasar Klewer. Selesai berbelanja kami langsung menuju Stasiun Solojebres untuk kembali ke Jakarta menggunakan kereta Brantas AC-Ekonomi seharga Rp.47.000 pada pukul 16.30. Tetapi kereta telat datangnya baru pada pukul 17.30. Sampai di Jakarta pada hari Rabu 13 Maret 2013 pada pukul 05.00 pagi.
Berfoto bersama keluarga Mbak Kanti


Menunggu kereta datang


Gapleh along the journey dan saya kebagian ngocok terus
Walaupun pada pendakian ini kami tidak sampai puncak, tetapi kami tetap bersyukur atas segala canda tawa, pengalaman, dan kebersamaan yang terjalin selama pendakian. Kami mempunyai keluarga baru, teman baru, pengalaman baru.

Terima Kasih Tuhan Puncak Bukan Segalanya, Tetapi Kebersamaan Kami Segalanya

Comments

  1. sial kok mahluk gaib sih taa... :( hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kan PM lo di FB gue bisikan gaib buat nanjak Merapi bang..hahaha

      Delete
  2. seru ceritanya, semoga nanti bisa mendaki bareng kami2 dari bandung yg new bie ini.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aishh pengen nanjak sama satubumi tapi ga pas aja nih waktunya, ditunggu eventnya yaaa

      Delete
  3. Beeeuhhh . . cakeeppp . . Btw foto di puncak nya kurang banyak tuh . . hehehe . . pengen tau kondisi puncak terkini . .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Puncak pasti masih hujan mas bro..hahaha

      Delete
  4. tanjakan awal merapi emang makyus, bikin keder dengkul pendaki pemula

    ReplyDelete
  5. masukin cerita ngoroknya bang hari ta...hahahha

    ReplyDelete
  6. Sepakat Bang pokoknya, climb is never ending :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)