Salam Kaki Langit Tarian Bumi Tanah Sunda


Menjadi pejalan dan hobi berkegiatan diluar rumah tak henti dilakukan. Satu minggu yang lalu saya berkesempatan dengan 2 orang teman saya yakni Danu dan Clara untuk menyambangi salah satu spot di area Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yakni bertandang ke Curug Sawer dan Situ Gunung Sukabumi. Trip ini merupakan trip insidental dan tidak sengaja dilakukan. Pada awalnya saya mampir ke kosan Clara untuk nginep aja dengan setelan baju kantor. Eh akhirnya kena racun ngetrip lagi..Huahhh...

Berangkat pada hari Rabu 20 Maret 2013 dari Jakarta pada pukul 15.30 sore kami bertiga touring menggunakan motor menuju Sukabumi. Bunda Clara yang cantik bin nekat mau touring sendirian dengan motor Vario kesayangannya, sedangkan saya dibonceng Danu dengan motor bebeknya plus keril 80 liter yang harus saya gendong selama perjalanan. Bertolak dari kawasan Grogol, kami terjebak dalam kemacetan tol dalam kota yang kebetulan bersamaan dengan jam pulang kantor. 

Bunda Clara membawa motornya dengan kekuatan penuh bin ngebut, saya dengan Danu selalu tertinggal dibarisan paling belakang. Keril yang saya gendong meskipun tidak berisi penuh hanya diisi tenda, matras, nesting, kompor parafin, dan peralatan outdoor lainnya terasa berat dan membuat saya pegal-pegal dan harus repacking beberapa kali guna mendapatkan posisi uenaaakk tenan. Menuju arah Semanggi-Cawang-Cililitan-Jalan Raya Bogor-Kota Bogor-Ciawi-Cibadak Sukabumi-Cikidang. Sebelum memasuki gapura selamat datang di kota Sukabumi sekitar 2 km nanti ada pasar dan polsek disebelah kiri, kita belok ke arah kiri. Disitu terpampang jelas plang tulisan Situ Gunung. 

Jarak Situ Gunung dari jalan protokol kurang lebih 10 km dengan kondisi jalan yang mulus pada awalnya tetapi hancur ditengah-tengah dengan jalanan yang berlubang. Karena kami sampai sana malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, maka harus berhati-hati ya rawan jatoh soalnya. Cuaca sepanjang perjalanan hujan dan kami sempat berteduh di Indomart si kawasan Sukabumi. Saran untuk yang mau touring pastikan kondisi kendaraan fit dan lebih enak pake motor dengan cc tinggi serta pastikan bensin cukup. Sebab jarak antara satu SPBU dengan SPBU lainnya sekitar 10 km dan lampu jauh oke yaa jangan terlalu silau sehingga membahayakan pengendara lainnya.

Ngegembel nunggu ujan reda depan minimarket
Bertandang langsung di kantor pengelola Situ Gunung, Bunda Clara sudah nangkring dengan nyantainya. Kami baru tiba lebih lama 30 menit dari Clara. Beramah tamah dengan manager pengelola Situ Gunung yakni Kang Adang sebentar.Kami kemudian memutuskan untuk camp di camping ground dengan rerumputan basah dan angin gunung yang menusuk tulang. Setelah mendirikan tenda, dan masak makan malam pukul 24.00 kami terlelap diiringi suara ringkihan burung hantu. FYI biaya camp per malam sebesar Rp.20.000/malam dan retribusi per orang sebesar Rp.6.000 untuk memasuki kawasan Situ Gunung

Pukul 06.30 pagi di hari Kamis samar-samar kami mendengar cicit-cuit burung, kemudian saya terbangun dan begitu takjub ketika melihat pemandangan alam yang luar biasa cantik dari bawah kaki Gunung Gede-Pangrango. Manakala melihat puncak saya tidak sabar untuk segera menggapai puncak itu kembali. Menyusul kemudian Bunda Clara bangun, dan segera menyiapkan sarapan pagi. Pukul 9.00 pagi setelah siap kami langsung pergi menuju spot pertama yakni Danau Situ Gunung atau telaga. Disini kami harus menaiki motor terlebih selama 10 menit dan memarkirkannya. Untuk mencapai danau kami harus berjalan lagi sekitar 400 meter atau 10 menit untuk menuju Danau yang letaknya berada di bawah.
Selamat pagi dari kaki Gunung Gede
Suasana pagi hari
Salam manis untuk matahari dari Bumi
Camping Ground
Perjalanan menuju Danau Situ Gunung
Setelah beberapa berjalan akhirnya kami sampai di Danau Situ Gunung. Hanya satu kata yang terlintas saat itu CANTIK !!. Saya jatuh cinta dengan danau ini, suasana tenang, tak terjamah sinyal, desiran angin gunung, sebuah tempat yang sangat pas untuk melarikan diri dari hingar bingar kota dan menyepi. Areanya cukup luas untuk mendirikan puluhan tenda, hanya saja akomodasi toilet masih kurang. Suasana danau Situ Gunung seolah sedikit mirip dengan Ranu Kumbolo di Gunung Semeru. Kegiatan yang bisa dilakukan di danau ini adalah canoing dan memancing. Banyak tempat duduk permanen yang memang dibuat oleh pengelola untuk kegiatan memancing. Kebetulan saat weekdays bertandang kesini, danau ini seolah milik kami bertiga saja. Syahdu terasa, tenang, dan damai....
Welcome to the club
Cantiknya Danau Situ Gunung
When silent we listen
Senyuman Bumi untuk Langit
Mari memancing
Danau Situ Gunung membuat saya suatu hari nanti akan kembali lagi kesini, waktu kunjungan terbaik menurut Clara adalah saat pagi hari sekitar pukul 6.00 pagi. Matahari mulai muncul dari peraduannya dibalik deretan pepohonan, burung mulai terbang tinggi melangit jauh ke angkasa luas, dan danau yang diselimuti kabut tipis. Ah romantisnyaa...!!

Selain itu waktu terbaik untuk berada disini, tidak lebih dari pukul 11.00 siang, karena matahari sudah naik dan mulai terik, serta saat senja datang. Puas bermain-main disini, kami lanjutkan untuk kembali ke kantor pengelola dan sebelumnya kami makan saing terlebih dahulu. Ada sekitar 4 warung yang berjualan di dekat gerbang masuk harga makanan pun lumayan murah sekitar Rp.8.000-Rp.12.000 untuk menu nasi goreng dan mie plus telor.

Sekitar jam 1 siang kami memutuskan untuk segera menuju Curug Sawer, tracking satu-satunya cara menuju kesana dengan waktu tempuh 45 menit. Kondisi jalanan yang sedikit menyempit dan licin, karena hujan turun sehari sebelumnya. Track menanjak dengan kondisi bebatuan. Saya berada di baris paling depan, disusul Clara, dan Danu sebagai sweaperdi belakang. Jalanan naik turun tetapi tidak separah track naik gunung lah. Pada beberapa titik ditemui aliran mata air yang kemudian membentuk sungai kecil.

Jalanan setapak berbatu menuju Curug Sawer
Jembatan kayu menuju Curug Sawer
Let's move
Setelah berjalan cukup lama akhirnya kami sampai di Curug Sawer. Disana kami hanya menemui seorang bapak yang sedang memancing dan ternyata berjualan pula. Kondisi saat itu sangat sepi, maklum hari kerja. Berfoto ria dan narsis sesaat itu hal mutlak untuk kami. Kemudian Clara membeli makanan seduh siap saji pada bapak tersebut, dan mengobrol bahwa spot terbaik untuk memotret Curug Sawer adalah saat tidak banyak orang yang bertandang kesana. Jikalau hari libur seperti Sabtu atau Minggu jangan harap mendapatkan spot berfoto menarik, yang ada penuh orang. Di kawasan Curug Sawer tidak diperbolehkan untuk camping, dan tiket masuk kawasan ini Rp.3.000/orang.

Ada banyak sungai kecil sembari berjalan menuju Curug Sawer
Jembatan menuju perkampungan warga
Larangan untuk camping
Kawasan warung disekitar Curug Sawer yang hanya buka saat hari libur
Gapura masuk Curug Sawer
Gemercik riuh derai air sungai
Track menuju Curug Sawer yang apabila hujan turun akan meluap sehingga dibuatlah peninggi dari kayu agar pengunjung bisa menyebrang
Kami berfoto-foto dan mengambil spot foro terbaik di Curug Sawer, sambil Danu dan Clara mandi karena belom mandi dari pagi..hahaha... Cuaca kala itu sedang mendung dan air yang membasuh kami berasa air es dengan derajat celsius yang sangat dingin, tak lama berselang hujan turun dengan derasnya. Hingga memaksa kami untuk menyudahi kegiatan kami, dan segera menepi ke shelther. Dalam shelther tersebut ada si bapak yang berjualan pula, dan 2 orang pengunjung lainnya seorang bapak, dan seorang remaja. Jadi hanya kami berenam pada saat sore itu yang berada di Curug Sawer.

Hujan hampir satu jam turun dan tak mau berhenti. Kami makin gundah karena waktu semakin sore. Saran dari si bapak penjual lebih baik kami pulang saja walau hujan masih mengguyur, karena hujan seperti itu dalam suasana rintik-rintik lama redanya. Untuk kembali ke camping ground dengan medan yang sama seperti saat kami pulang pun rasanya saya enggan. Karena licin, penuh bebatuan, dan pasti jadi jalur air dadakan. Singkatnya peluang celaka lebih gede.

Soo..kami memutuskan untuk pulang melewati jalan lain mengikuti si bapak penjual tadi, tanpa jas hujan atau rain cover kami berjalan menembus hujan dengan kondisi berlalu. Jalan yang kami lalui berupa jalan setapak dan turunan, jauh lebih landai dibandingkan track menuju Curug Sawer saat kami pergi. Tetapi track yang kami lewati jauh lebih memutar. Selama perjalanan berdiri beberapa buah warung yang hanya buka pada saat libur saja dan ramai pengunjung. Akhirnya setelah 40 menit berjalan kami sampai juga dipelataran parkir pintu masuk Curug Sawer dari arah yang berlainan. Kalo tidak salah posisinya dekat Terminal (saya lupa nama terminal persisnya..hehehe...)

Tim nenk nonk touring nekat
Curug Sawer
Mandi dulu
BBBBbbbbrrr..really cold here
Nice angle for photo shoot
Ngemil kucel setelah kehujanan
Dikarenakan dingin karena hujan saat melihat warung kami langsung nyamber ngemil goreng tempe dan mie plus telor ditambah kopi. Leyeh-leyeh sesaat, dan setelah perut kenyang kami kembali berjalan selama 15 menit menuju jalan desa untuk naik angkot dan kembali ke Situ Gunung. Lama angkot ga lewat-lewat akhirnya kami berjalan sekitar 15 menit, dengan kondisi jalanan menanjak dan tampang basah kuyup bin kucel, tiba-tiba angkot datang dan segeralah kami naik dan menuju Situ Gunung dengan tarif Rp.3.000/orang.

Jalanan nanjak, dan mobil tua dengan CC yang rendah, kebetulan saat itu penumpang bejibun dan mobil dipaksa naik tanjakan tapi akhirnya mundul sedangkan kondisi jalanan berbatu. Sudah saling berteriak saja penumpang dalam angkot. Lalu akhirnya sebagian penumpang turun karena mereka akan menuju villa, akhirnya angkot berhasil nanjak lagi. Jam 16.30 kami sampai di Situ Gunung, ngobrol-ngobrol ringan dengan Kang Adang dan segera bergegas mandi karena kedinginan. Malam itu kami tidur cepat sekitar pukul 10 malam, karena rencananya Jumat Shubuh bergegas kembali ke Jakarta. Tapi kenyataan berkata lain semuanya kebo saya bangunkan Danu dan Clara dari pukul 4.00 pagi gak bangun-bangun. Alhasil perjalanan kembali ke Jakarta start pukul 7.30 dengan menemui beberapa kemacetan di Bogor, alhamdulilah kami semua sampai dengan selamat di Jakarta pada pukul 12.30.Trip murah meriah, tapi hati senang :)





Comments

  1. Dari dulu pengen ke sini belum sempat juga cm suami sj pernah ke sini. Thanks a lot atas info lengkapnya.Salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mbak main kesini ga nyesel deh..hehehe

      Delete
  2. seruu, kalo diLOmbok ada Hutan Sesaot nama daerah seperi ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo salam kenal untuk yang di Lombok, semoga suatu saat saya bisa main ke Hutan Seasot yaa :)

      Delete
  3. duh air terjunnya bagus.. air terjunnya sepanjang tahun deres ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Air terjunnya deras hanya sepanjang musim hujan saja mas yang saya tahu, kalo pun musim kemarau mungkin debitnya kecil.

      Delete
  4. belum kesampean juga mau kesini, :(

    ReplyDelete
  5. jd kepengen touring lg :))
    Hobby lama......ajak2 yah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah Kamu Bahagia ?

Cianjur Train Adventure

Quarter Crisis Life Part Jodoh & Kehidupan (Part 2)